Siip,, Masih siang kan agan2 super? Nah, kali ini aku mau posting cerita keduaku.. Tapi disini aku mostingnya yang ketiga..
Ohya, buat yang imut ane masih setia mengingatkan untuk tidak over consume yah!! INGAT!! Akan merugikan diri sendiri.. Ok langsung aja deh,, Chek it broth..
Aku adalah seorang bisexual. Aku punya seorang sahabat yg aku kenal dua tahun lalu saat aku masuk sma. Namanya Rian dan aku Alvin (namaku diubah biar enak). Rian adalah seorang yg cuek pada semua org kecuali sahabatnya, santai, cool, ganteng, kulit putih, hidung mancung, bibir merah 5exi dan tubuh yg nikmat dipandangi. Tentu saja aku menyukainya. *sejak pandangan pertama.
Selama dua tahun kedekatan kami, aku sering bermanja dan mesra padanya, meskipun itu hanya pikiranku saja. Aku menikmati hari2 ku dgnnya. Tp aku tak bisa mengutarakan isi hatiku padanya. Ia punya banyak pacar wanita dan selalu dikejar wanita. Karena itulah aku memilih mengadu pada diary khusus ku yg kuberi judul ".A.M". Di dalamnya ada cerita kontak mata perdana, rindu hari pertama, sedih, kesal, bahagia, tawa, tangis, semua ada di dalam diary yang kini telah hanyut terbawa arus itu.
Singkat cerita, malam ini malam terakhirku di sma ini, karena aku mengambil program kelas percepatan. Aku akan meninggalkan rian. Hatiku sedih, aku menangis di depannya.
#08.38 PM#
"Rian kamu belum pulang? Nanti ibu kos ku marah loh." tanyaku dengan suara parau.
"Belum, sampai kamu nangis."
"Ok, udah berhenti. Sekarang kamu boleh pulang." aku bangkit dr posisi tidurku. Kulihat rian duduk di meja belajar sambil mencorat coret.
Mendengar kata2ku, rian berbalik. Wajahnya tak terlihat senang.
"Liat, aku gk bkal nangis lagi." lanjutku menghusap air mataku.
"Ok gw tau. Tapi kenapa lo nangis?" wajahnya nampak kesal. Entah kenapa.
"Kamu kenapa kyak kesal gitu?"
"Lo anggap gw sahabat kan? Klo lo takut bkal ninggalin tmn2 lo, bkal kangen tmn2 lo, fans2 lo, sahabat2 lo, seragam2 lo, lo tinggal bilang. Ada gw buat jadi tempat curhat lo."
Aku terkejut mendengarnya. Ia benar benar marah. Ia membanting pulpenku yang dari tadi ia pegang. Aku terhanyut dalam ketegangannya.
"Maaf." ucapku mulai menangis lagi. Kini aku benar benar jatuh dalam emosiku. Aku ingin sekali memeluknya, tapi tak bisa, aku harus tetap sadar.
"Gk usah. Gk perlu. Gw pulang." kata- katanya lemah. Kenapa ia begitu. Apa dia salah paham? Apa dia pikir aku tak menganggapnya sahabat? Batinku berbicara sendiri. Aku semakin terisak. Suara mobilnya tak terdengar lagi.
....,................ .....
Keesokan harinya aku bangun terlambat karena kecapean nangis. Aku mengambil hpku dan kulihat 7 panggilan tak tetjawab dan 11 sms belum terbaca. Aku segera membuka semuanya. Tp tak ada yang atas nama rian disana. Apa rian begitu marah? Tp tak ada waktu memikirkan itu. Aku harus segera ke sekolah. Acara wisuda telah dimulai setengah jam yang lalu.
..................
"Rian yang seharusnya jaga buku tamu disini mana?" ucapku pada seorang rekan rian di osis.
"Dia gk datang. Dia bilang gk bisa hadir. Lagi ada masalah katanya. Udah sono masuk. Nggak mau wisuda?" katanya menjawabku. Akupun masuk dengan sejuta tanya. Aku merindukannya. Ini hari terakhirku. Aku akan pulang kampung dan akan segera kuliah merantau. Aku tidak berniat utk konsentrasi pada acara wisuda ini. Tp aku harus. Sialnya...
Setelah waktu berjalan begitu lamban dan menyiksa batinku, akhirnya seluruh rangkaian acara wisuda dan pagelaran foto bersama selesai. Aku berjalan kearah halte sekolah. Sangat ramai disana. Tp hanya disana aku bisa dapat angkutan untuk pulang selain dari rian. Hpku bergetar. 1 pesan belum terbaca. Aku membukanya. Yes dari rian. Hatiku berteriak senang.
"Naik mobilku di bawah pohon beringin samping kiri sekolah."
Aku tak tunggu lama. Aku sampai dan masuk kedalam mobilnya.
"Plis diem dulu." katanya menunjuk jarinya pada bibirku. "Kita ke sungai. Jangan bertanya untuk apa. Diam saja dan menurutlah." rian memberiku perintah seakan bertubi-tubi seakan tau jalan pikiranku.
......,..................
Selama dua tahun kedekatan kami, aku sering bermanja dan mesra padanya, meskipun itu hanya pikiranku saja. Aku menikmati hari2 ku dgnnya. Tp aku tak bisa mengutarakan isi hatiku padanya. Ia punya banyak pacar wanita dan selalu dikejar wanita. Karena itulah aku memilih mengadu pada diary khusus ku yg kuberi judul ".A.M". Di dalamnya ada cerita kontak mata perdana, rindu hari pertama, sedih, kesal, bahagia, tawa, tangis, semua ada di dalam diary yang kini telah hanyut terbawa arus itu.
Singkat cerita, malam ini malam terakhirku di sma ini, karena aku mengambil program kelas percepatan. Aku akan meninggalkan rian. Hatiku sedih, aku menangis di depannya.
#08.38 PM#
"Rian kamu belum pulang? Nanti ibu kos ku marah loh." tanyaku dengan suara parau.
"Belum, sampai kamu nangis."
"Ok, udah berhenti. Sekarang kamu boleh pulang." aku bangkit dr posisi tidurku. Kulihat rian duduk di meja belajar sambil mencorat coret.
Mendengar kata2ku, rian berbalik. Wajahnya tak terlihat senang.
"Liat, aku gk bkal nangis lagi." lanjutku menghusap air mataku.
"Ok gw tau. Tapi kenapa lo nangis?" wajahnya nampak kesal. Entah kenapa.
"Kamu kenapa kyak kesal gitu?"
"Lo anggap gw sahabat kan? Klo lo takut bkal ninggalin tmn2 lo, bkal kangen tmn2 lo, fans2 lo, sahabat2 lo, seragam2 lo, lo tinggal bilang. Ada gw buat jadi tempat curhat lo."
Aku terkejut mendengarnya. Ia benar benar marah. Ia membanting pulpenku yang dari tadi ia pegang. Aku terhanyut dalam ketegangannya.
"Maaf." ucapku mulai menangis lagi. Kini aku benar benar jatuh dalam emosiku. Aku ingin sekali memeluknya, tapi tak bisa, aku harus tetap sadar.
"Gk usah. Gk perlu. Gw pulang." kata- katanya lemah. Kenapa ia begitu. Apa dia salah paham? Apa dia pikir aku tak menganggapnya sahabat? Batinku berbicara sendiri. Aku semakin terisak. Suara mobilnya tak terdengar lagi.
....,................ .....
Keesokan harinya aku bangun terlambat karena kecapean nangis. Aku mengambil hpku dan kulihat 7 panggilan tak tetjawab dan 11 sms belum terbaca. Aku segera membuka semuanya. Tp tak ada yang atas nama rian disana. Apa rian begitu marah? Tp tak ada waktu memikirkan itu. Aku harus segera ke sekolah. Acara wisuda telah dimulai setengah jam yang lalu.
..................
"Rian yang seharusnya jaga buku tamu disini mana?" ucapku pada seorang rekan rian di osis.
"Dia gk datang. Dia bilang gk bisa hadir. Lagi ada masalah katanya. Udah sono masuk. Nggak mau wisuda?" katanya menjawabku. Akupun masuk dengan sejuta tanya. Aku merindukannya. Ini hari terakhirku. Aku akan pulang kampung dan akan segera kuliah merantau. Aku tidak berniat utk konsentrasi pada acara wisuda ini. Tp aku harus. Sialnya...
Setelah waktu berjalan begitu lamban dan menyiksa batinku, akhirnya seluruh rangkaian acara wisuda dan pagelaran foto bersama selesai. Aku berjalan kearah halte sekolah. Sangat ramai disana. Tp hanya disana aku bisa dapat angkutan untuk pulang selain dari rian. Hpku bergetar. 1 pesan belum terbaca. Aku membukanya. Yes dari rian. Hatiku berteriak senang.
"Naik mobilku di bawah pohon beringin samping kiri sekolah."
Aku tak tunggu lama. Aku sampai dan masuk kedalam mobilnya.
"Plis diem dulu." katanya menunjuk jarinya pada bibirku. "Kita ke sungai. Jangan bertanya untuk apa. Diam saja dan menurutlah." rian memberiku perintah seakan bertubi-tubi seakan tau jalan pikiranku.
......,..................
Selama perjalanan kami hanya diam tanpa kata dan tak ada yg menghadap kearah lawan. Batinku menunggu nunggu sampainya kami. Hingga kami sampai di sungai. Tempat sepi ini adalah tempat bermain favorit kami karena tenang teduh dan dekat air. Ini tempat rahasia dua sahabat. Kami pernah berkemah berdua disini dan hari itulah diaryku terbawa arus sungai ini.
"Kamu diam aja aku akan jelasin semua jawaban atas pertanyaan yang mungkin kamu pikirkan." aku hanya mengangguk heran. Tak pernah dia seperti ini. Lalu dia mengubah posisi duduknya dan menghadap padaku. Aku mulai salah tingkah karena dia menatap lekat mataku. Aku ingin protes tapi dia lebih dulu bicara. "Kamu liat tulisanku tadi malam?" "Iya, kamu nulis Maaf. Maksud kamu apa.?" Lalu tiba-tiba rian memelukku erat sekali. Aku membiarkan ia memelukku swbagai sahabat. Tangan kurasa semakin kuat memelukku. Aku ingin bertanya kenapa tapi aku tak ingin menghancurkan momen indah ini. Aku mulai mendengar isaknya. Aku terkejut. Sangat terkejut. "Kenapa?" aku mencoba melepaskan diri tapi ia tak membiarkanku. Ia memelukku semakin erat. "Maaf. Kamu selama ini tersiksa karena aku." "Maksud kamu?" kini aku berhasil melepaskan pelukannya. Aku terkejut dan kekuatanku meningkat lebih dari pelukannya. "Aku sama seperti kamu." kata katanya benar benar membingungkanku. "Apa yang kamu bicarakan." selidikku memicingkan mata. Kuliahat ia meraih sebuah tas disampingnya. Aku kaget melihat tas itu adalah tas yang jatuh bersama diaryku waktu itu. "Ya, ini tas yang aku berikan. Aku kembali dan mencarinya hari itu. Meskipun hujan tapi aku tak ingin kenangan kita hilang. Aku melahatnya tersangkut pada ranting pohon pinggir sungai. Tapi ternyata ada yang lebih berharga dari tas ini. Kamu tidak lupa kalau tas ini khusus hujan kan?" aku tak bisa berkata apa apa saat itu. "Aku cinta sama kamu seperti kamu cinta sama kamu." lanjutnya seakan menendang tepat jantungku. "Aku juga gk rela kamu pergi." lanjutnya lagi. Aku tak tahan lagi. Aku menariknya memeluknya erat. Melepaskan pelukanku dan mencium bibirnya yang selama ini aku cintai diam diam. Ia membalas ciumanku. Ciuman mesra yang agak ganas. Mata kami tertutup. Ini yang pertama dalam sejarahku. Saling menjilati bibir dan menghisap satu sama lain. Menikmati alur irama nafas yang terengah dalam balutan ritual cinta. Rian kini meraba dadaku. Akupun tak kalah darinya. Kupilin putingnya dari luar baju kami. Aku mulai membuka bajunya dan Begitu sebaliknya. Aku turun dan mulai menciumi lehernya lalu turun ke bahunya, menari pelan dan sampai ke dadanya yang bidang dan mengeras karena sensasi itu. Lidahku ku mainkan ke putingnya. Dan tanganku yang kiri memilin putingnya sebelah kanan. Aku menikmati percintaan ini dengan air mata. Aku mengulangi dan merubah posisi kiri ke kanan selam lima menit.
bersambung~~
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar