Rian kemudian mengangkat kepalaku. Ia kembali menciumiku. Menjilati bibir2ku, turun ke daguku. Semakin ke bawah semakin lembut dan nikmat kurasa. Aku menggigit bibir bawahku saat ia menghisap putingku. Hmmh, erangku merasa seperti diestrum listrik hingga menjalar keseluruh syaraf kenikmatanku. Agak lama rian menghisap dan mempermainkan putting susuku. Hingga sekali ia menghisapnya sangat kuat dan dalam. “Hmmhh… Owhh..” erangku setengah berteriak. Aku tak tahan lagi. Segera aku mengangkat kepalanya, melumat bibirnya yang seksi itu lagi, menari hingga kebawah perutnya. Aku mencium bau kejantanan yang meleleh dari tadi. Aku menciuminya dari luar pembungkusnya. Kami kembali beradu cepat melepas celana kami masing2. Kini aku dan rian sama sama telanjjang bulat di dalam sebuah mobil di tengah kesepian hutan pinggir sungai. Dengan cepat aku meraih rudal coklatnya. Aku memulainya dengan mengocok. Kulihat rian mulai menikmatinya. Aku mulai menjilati lubang kencingnya.
“hsssh,, ssstt.. ohm.. fvck.. sshhht,, enakss.. ahm” desisan nikmatnya keluar begitu sajja dari mulut rian. Tak ada yang akan mendengar kami. Hanya berdua dan bebas menikmati percintaan yang luar biasa nikmat ini. Aku telah memasukkan kont0lnya sampai tak ada yang tersisa diluar. Uhmm, nikmta dan besar. Rian mengent0ti mulutku dengan lembut tapi 5exy. Sangat 5exy dan nikmat. Sepuluh menit telah berlalu. Buah zakarnya telah basah, jembut halusnya mengkilap, semua tak luput dari sapuan liur dan lidahku. Rian mengangkat tubuhku dan mengecup kenungku dengan lembut. Aku terhanyut. “Aku juga cinta sama kamu. Boleh gak aku mencoba…” “Sssst.. jangan bertanya. Mintalah, pasti akan kuberi.” Aku tahu betul keinginannya. Dan aku mulai memberinya kesempatan itu. Aku menungging, pantatku ku arahkan ke depan kont0lnya. Aku sempat menunggu. Apa yang ia lakukan? Batinku berpikir sejenak. Lalu tiba2 aku merasakan tangan kokohnya memelukku. Ia menciumi punggungku. Mesra sekali. Ku dengar ia berbisik menciumi telingaku. “klo kamu takut sakit, gak usah saying.” Mendengar ucapannya aku membalikkan badanku dan menciumnya. Aku membalsnya dan berbisik di telinganya. “Aku senang, aku telah merindukan ini. Sakit ini untuk nikmat yang tak ada duanya.” Lalu aku kembali ke posisiku. Aku dapat merasakan debaran jantungnya saat aku menciumi telinganya tadi. Yah, ini pertama kali bagi kami. Aku merasa telapak tangannya mulai membelai belahan pantatku. Ia membelahnya demi menemukan gua kenikmatanku. Ia menciumi kedua belah gunungan kenyal itu. Menggigit kecil. Dan mulai menjilati anusku. Ini yang terbaik hingga saat ini. Lidahnya bermain di sekitar lubang anusku, membiarkan aku menikmati kebasahnku. “Hossh…” aku berdesis menagih yang lebih nikmat yang bias ia berikan. Yah, rudal emasnya. Aku ingin rudal emasnya menjelajahi gua sempit ini. Rian mengangkat wajahnya dan mulai melakukan impian kami berdua. Ia menamparkan kont0lnya ke bantalan pantatku beberapa kali sebelum ia mengadu ujung kont0lnya untuk mnjilati liurnya sendiri yang ada di lubangku. “Tahan yah sayang!” katanya sambil memasukkan kepala kont0lnya ke lubangku yang masih dara segar ini. Aku tak kuasa menahan air mataku. Perih yang membuatku menggigit kuat gigiku sendiri. Ia melakukannya tanpa pemanasan dengan jarinya. Ini pertama kalinya dan ini terasa lebih bersensasi meskipun menyakitkan. Aku menarik napasku dalam2 dan mencoba merilekskan tubuhku. Aku melihatnya dari bawah perutku. Ia Nampak kenikmatan sekali. Kata2 indah begitu saja keluar dari mulutnya. Wajahnya menengadah ke langit2 mobil. “Ahhk,, sempiiit.. nikmat sekali sayang.. sempit banget..ss akhh,, hoh.. ehm..” lalu ia mengambil nafas. “Aku coba lagi yah?.” Kemudian, perlahan tapi pasti perih di lubangku dating lagi serentak dengan kont0lnya yang semakin dalam hingga bless.. semua masuk penuh ke liang sempitku ini. “Uhhmm..” Aku memekik keras agak teriak tak tahan lagi. Ia segera menciumiku dari belakang. Kami saling melumat untuk melepas rasa |
sakitku.
“Aku mulai yah.” Katanya setelah melepas ciumannya dariku. Kini aku tak begitu merasa perih, namun aku takut perih itu dating lagi jika ia meng9enjotku. “Uhhmmm…” ia mengerang panjang ketika pertama kali mengeluar masukkan kontilnya kembali kedalam lubangku. Ia kembali mengulanginya lagi untuk yang kedua kalinya agak cepat. Aku mulai merasa ada sensasi nikmat di dalam sana ketika kont0lnya menusuk makin dalam. Pada pengulangannya yang kelima aku mengerang. “Akhh.. sssayyang.. enak sayyang,, lagihh.. uhmm.. aku mau yang cepet.. uhmmmmmm” erangan panjang itu karena ia menghentakkan kont0lnya keras sekali setelah mendengar eranganku. Ia melajukan rudalnya semakin lama semakin cepat. “Akhh.. Ukhh.. Okhh.. ehhmm… ooowwhh… hyaahh.. hmm.. “ |
Kamipun menyatu dalam nafsu dan cinta yang luar dari biasa ini. Erangan dan desahan tak berhenti keluar bersama goyangan pantatku dan kont0lnya yang asyik dan nikmat.
"Uhm.. Sayang, gw.. Pee.. Ngennn.. " "Didalam a.. Ja.." seakan tahu apa maksud kata2 rian, aku menyuruhnya menembakkan isi rudal 5exy itu dalam lubang kenikmatanku. Tapi ternyata aku salah.. "Bukan,, sa..yangng.. Aku..ma.u.. Kita ganti.. Ohww fvck.. Uhmm.." kata2nya tak bersambung, ia benar2 kenikmatan oleh lubang sempitku. "Gant..ii.. A..pa.ssayaang?.. Ohw.. Enakk bang..ngeet.." Lalu rian berhenti meng9enjotku. "Akhh.. Enak bangettss.. Ganti posisi yuk.. Gw pengen di goyang." kata2nya keluar begitu saja. Akupun menurut saja.. Kini aku berada diatas tubuh rian, duduk di atas kont0l tegaknya.. Sorry kepotong lagi,, tmnku minta hpnya.. Lanjut kapan2 |
Kont0l rian sangat keras, besar dan kuat. Kont0lku pun turut mengeras sama seperti ia.
"Say..yahng.. ka mu ma u aa ku goyang yah.." aku kembali beraksi merayunya dengan cara se erotis yang aku bisa. Aku lihat rian mengangguk seperti anak manja. "Ok,, kamu tahan yah.." Aku mulai menggerakkan pantat sempitku ke kiri ke kanan dengan gerakan lembut pelan nan erotis. "Uhmm..." kenikmatan kembali hadir menyapa prostatku. "Okhh.. ukhh.. uhmm.." "Okhh... u are the 5exiest 4ss... ohmm.. fvck ur sweet 4ss.. okh.." hohh.. rian pun mengerang 5exy di depanku. Perlahan ku percepat gerakanku. Semakin cepat kont0lnya menyodom lubang ku semakin cepat lubangku mengocok kont0lnya. Aku merasa hampir di puncak. Aku bergoyang semkin cepat, kekiri ke kanan naik turun maju mundur naik turun berulang lagi dan semakin cepat. "Okhhh... okhh.. uhmm.. hhmm.. akhh.. enak.. shh.. hohh.. mmpphh.. ah ya.. yass.. enak.. oh oh oh oh oh uuummm.." aku mengerang panjang saat hampir mencapai puncak. kulihat wajah rian merem melek, ia menggigit bibir bawahnya sambil membenamkan kont0lnya dalam2 menerima pijatan dinding anusku yang mengatup. "Akhh... Fvckk.. Semmpphhiiittts.." "Okhhhhh enakkk.. besarr kuat.. akhhhhhh" Crroottsss Crrootttt ccroottt Ccrrrottt Crrooottt C Crrooottssssssss "Akh" kami mengakhiri semuanya bersama. Spermaku tumpah ruah membasahi dada bidangnya. Spermanya perlahan menetes keluar melalui sela antara kont0lnya dan dinding anusku. kont0lnya masih di dalam anusku dan aku berhasil memamfaatkan moment itu. Aku meraih sebuah kamera digital, aku turun untuk memeluknya. Tangan kiriku menarik bahunya mendekati tubuhku. Kami berciuman mesra sekali. Sampai akupun mendapat lebih dari sepuluh tangkapan gambar. Lalu aku melepas ciumanku. Ia membelai wajahku sambil tersenyum dan bertanya "Enak gk sayang?" lalu aku menjawab dengan mengemut bibir bawahnya. "Kamu? Enak gak nyobain lubangku?" tanyaku setelah melepaskan emutanku di bibirnya. "Kamu hebat sayang, rasanya seperti dipijit sepuluh tangan mungil yang kuat. Apalagi waktu kamu orgasme, uhhmm nikmat sempitnya." terpancar senyum penuh cinta dari wajahnya setelah panjang lebar memujiku. Kami kembali terhanyut dalam pagutan bibir. "Kamu juga sangat hebat, aku suka bangt sma kont0lmu" aku menggigit bibir bawahku tanda itu bereaksi kembali. Akhirnya kami melanjutkan babak kedua kami dalam sungai yang tenang mangalir. |
cerita dan video gay ngentot
Rabu, 24 Agustus 2016
Sahabatku Napsuku bagian II
Sahabatku Napsuku Bagian I
Siip,, Masih siang kan agan2 super? Nah, kali ini aku mau posting cerita keduaku.. Tapi disini aku mostingnya yang ketiga..
Ohya, buat yang imut ane masih setia mengingatkan untuk tidak over consume yah!! INGAT!! Akan merugikan diri sendiri.. Ok langsung aja deh,, Chek it broth..
Aku adalah seorang bisexual. Aku punya seorang sahabat yg aku kenal dua tahun lalu saat aku masuk sma. Namanya Rian dan aku Alvin (namaku diubah biar enak). Rian adalah seorang yg cuek pada semua org kecuali sahabatnya, santai, cool, ganteng, kulit putih, hidung mancung, bibir merah 5exi dan tubuh yg nikmat dipandangi. Tentu saja aku menyukainya. *sejak pandangan pertama.
Selama dua tahun kedekatan kami, aku sering bermanja dan mesra padanya, meskipun itu hanya pikiranku saja. Aku menikmati hari2 ku dgnnya. Tp aku tak bisa mengutarakan isi hatiku padanya. Ia punya banyak pacar wanita dan selalu dikejar wanita. Karena itulah aku memilih mengadu pada diary khusus ku yg kuberi judul ".A.M". Di dalamnya ada cerita kontak mata perdana, rindu hari pertama, sedih, kesal, bahagia, tawa, tangis, semua ada di dalam diary yang kini telah hanyut terbawa arus itu.
Singkat cerita, malam ini malam terakhirku di sma ini, karena aku mengambil program kelas percepatan. Aku akan meninggalkan rian. Hatiku sedih, aku menangis di depannya.
#08.38 PM#
"Rian kamu belum pulang? Nanti ibu kos ku marah loh." tanyaku dengan suara parau.
"Belum, sampai kamu nangis."
"Ok, udah berhenti. Sekarang kamu boleh pulang." aku bangkit dr posisi tidurku. Kulihat rian duduk di meja belajar sambil mencorat coret.
Mendengar kata2ku, rian berbalik. Wajahnya tak terlihat senang.
"Liat, aku gk bkal nangis lagi." lanjutku menghusap air mataku.
"Ok gw tau. Tapi kenapa lo nangis?" wajahnya nampak kesal. Entah kenapa.
"Kamu kenapa kyak kesal gitu?"
"Lo anggap gw sahabat kan? Klo lo takut bkal ninggalin tmn2 lo, bkal kangen tmn2 lo, fans2 lo, sahabat2 lo, seragam2 lo, lo tinggal bilang. Ada gw buat jadi tempat curhat lo."
Aku terkejut mendengarnya. Ia benar benar marah. Ia membanting pulpenku yang dari tadi ia pegang. Aku terhanyut dalam ketegangannya.
"Maaf." ucapku mulai menangis lagi. Kini aku benar benar jatuh dalam emosiku. Aku ingin sekali memeluknya, tapi tak bisa, aku harus tetap sadar.
"Gk usah. Gk perlu. Gw pulang." kata- katanya lemah. Kenapa ia begitu. Apa dia salah paham? Apa dia pikir aku tak menganggapnya sahabat? Batinku berbicara sendiri. Aku semakin terisak. Suara mobilnya tak terdengar lagi.
....,................ .....
Keesokan harinya aku bangun terlambat karena kecapean nangis. Aku mengambil hpku dan kulihat 7 panggilan tak tetjawab dan 11 sms belum terbaca. Aku segera membuka semuanya. Tp tak ada yang atas nama rian disana. Apa rian begitu marah? Tp tak ada waktu memikirkan itu. Aku harus segera ke sekolah. Acara wisuda telah dimulai setengah jam yang lalu.
..................
"Rian yang seharusnya jaga buku tamu disini mana?" ucapku pada seorang rekan rian di osis.
"Dia gk datang. Dia bilang gk bisa hadir. Lagi ada masalah katanya. Udah sono masuk. Nggak mau wisuda?" katanya menjawabku. Akupun masuk dengan sejuta tanya. Aku merindukannya. Ini hari terakhirku. Aku akan pulang kampung dan akan segera kuliah merantau. Aku tidak berniat utk konsentrasi pada acara wisuda ini. Tp aku harus. Sialnya...
Setelah waktu berjalan begitu lamban dan menyiksa batinku, akhirnya seluruh rangkaian acara wisuda dan pagelaran foto bersama selesai. Aku berjalan kearah halte sekolah. Sangat ramai disana. Tp hanya disana aku bisa dapat angkutan untuk pulang selain dari rian. Hpku bergetar. 1 pesan belum terbaca. Aku membukanya. Yes dari rian. Hatiku berteriak senang.
"Naik mobilku di bawah pohon beringin samping kiri sekolah."
Aku tak tunggu lama. Aku sampai dan masuk kedalam mobilnya.
"Plis diem dulu." katanya menunjuk jarinya pada bibirku. "Kita ke sungai. Jangan bertanya untuk apa. Diam saja dan menurutlah." rian memberiku perintah seakan bertubi-tubi seakan tau jalan pikiranku.
......,..................
Selama dua tahun kedekatan kami, aku sering bermanja dan mesra padanya, meskipun itu hanya pikiranku saja. Aku menikmati hari2 ku dgnnya. Tp aku tak bisa mengutarakan isi hatiku padanya. Ia punya banyak pacar wanita dan selalu dikejar wanita. Karena itulah aku memilih mengadu pada diary khusus ku yg kuberi judul ".A.M". Di dalamnya ada cerita kontak mata perdana, rindu hari pertama, sedih, kesal, bahagia, tawa, tangis, semua ada di dalam diary yang kini telah hanyut terbawa arus itu.
Singkat cerita, malam ini malam terakhirku di sma ini, karena aku mengambil program kelas percepatan. Aku akan meninggalkan rian. Hatiku sedih, aku menangis di depannya.
#08.38 PM#
"Rian kamu belum pulang? Nanti ibu kos ku marah loh." tanyaku dengan suara parau.
"Belum, sampai kamu nangis."
"Ok, udah berhenti. Sekarang kamu boleh pulang." aku bangkit dr posisi tidurku. Kulihat rian duduk di meja belajar sambil mencorat coret.
Mendengar kata2ku, rian berbalik. Wajahnya tak terlihat senang.
"Liat, aku gk bkal nangis lagi." lanjutku menghusap air mataku.
"Ok gw tau. Tapi kenapa lo nangis?" wajahnya nampak kesal. Entah kenapa.
"Kamu kenapa kyak kesal gitu?"
"Lo anggap gw sahabat kan? Klo lo takut bkal ninggalin tmn2 lo, bkal kangen tmn2 lo, fans2 lo, sahabat2 lo, seragam2 lo, lo tinggal bilang. Ada gw buat jadi tempat curhat lo."
Aku terkejut mendengarnya. Ia benar benar marah. Ia membanting pulpenku yang dari tadi ia pegang. Aku terhanyut dalam ketegangannya.
"Maaf." ucapku mulai menangis lagi. Kini aku benar benar jatuh dalam emosiku. Aku ingin sekali memeluknya, tapi tak bisa, aku harus tetap sadar.
"Gk usah. Gk perlu. Gw pulang." kata- katanya lemah. Kenapa ia begitu. Apa dia salah paham? Apa dia pikir aku tak menganggapnya sahabat? Batinku berbicara sendiri. Aku semakin terisak. Suara mobilnya tak terdengar lagi.
....,................ .....
Keesokan harinya aku bangun terlambat karena kecapean nangis. Aku mengambil hpku dan kulihat 7 panggilan tak tetjawab dan 11 sms belum terbaca. Aku segera membuka semuanya. Tp tak ada yang atas nama rian disana. Apa rian begitu marah? Tp tak ada waktu memikirkan itu. Aku harus segera ke sekolah. Acara wisuda telah dimulai setengah jam yang lalu.
..................
"Rian yang seharusnya jaga buku tamu disini mana?" ucapku pada seorang rekan rian di osis.
"Dia gk datang. Dia bilang gk bisa hadir. Lagi ada masalah katanya. Udah sono masuk. Nggak mau wisuda?" katanya menjawabku. Akupun masuk dengan sejuta tanya. Aku merindukannya. Ini hari terakhirku. Aku akan pulang kampung dan akan segera kuliah merantau. Aku tidak berniat utk konsentrasi pada acara wisuda ini. Tp aku harus. Sialnya...
Setelah waktu berjalan begitu lamban dan menyiksa batinku, akhirnya seluruh rangkaian acara wisuda dan pagelaran foto bersama selesai. Aku berjalan kearah halte sekolah. Sangat ramai disana. Tp hanya disana aku bisa dapat angkutan untuk pulang selain dari rian. Hpku bergetar. 1 pesan belum terbaca. Aku membukanya. Yes dari rian. Hatiku berteriak senang.
"Naik mobilku di bawah pohon beringin samping kiri sekolah."
Aku tak tunggu lama. Aku sampai dan masuk kedalam mobilnya.
"Plis diem dulu." katanya menunjuk jarinya pada bibirku. "Kita ke sungai. Jangan bertanya untuk apa. Diam saja dan menurutlah." rian memberiku perintah seakan bertubi-tubi seakan tau jalan pikiranku.
......,..................
Selama perjalanan kami hanya diam tanpa kata dan tak ada yg menghadap kearah lawan. Batinku menunggu nunggu sampainya kami. Hingga kami sampai di sungai. Tempat sepi ini adalah tempat bermain favorit kami karena tenang teduh dan dekat air. Ini tempat rahasia dua sahabat. Kami pernah berkemah berdua disini dan hari itulah diaryku terbawa arus sungai ini.
"Kamu diam aja aku akan jelasin semua jawaban atas pertanyaan yang mungkin kamu pikirkan." aku hanya mengangguk heran. Tak pernah dia seperti ini. Lalu dia mengubah posisi duduknya dan menghadap padaku. Aku mulai salah tingkah karena dia menatap lekat mataku. Aku ingin protes tapi dia lebih dulu bicara. "Kamu liat tulisanku tadi malam?" "Iya, kamu nulis Maaf. Maksud kamu apa.?" Lalu tiba-tiba rian memelukku erat sekali. Aku membiarkan ia memelukku swbagai sahabat. Tangan kurasa semakin kuat memelukku. Aku ingin bertanya kenapa tapi aku tak ingin menghancurkan momen indah ini. Aku mulai mendengar isaknya. Aku terkejut. Sangat terkejut. "Kenapa?" aku mencoba melepaskan diri tapi ia tak membiarkanku. Ia memelukku semakin erat. "Maaf. Kamu selama ini tersiksa karena aku." "Maksud kamu?" kini aku berhasil melepaskan pelukannya. Aku terkejut dan kekuatanku meningkat lebih dari pelukannya. "Aku sama seperti kamu." kata katanya benar benar membingungkanku. "Apa yang kamu bicarakan." selidikku memicingkan mata. Kuliahat ia meraih sebuah tas disampingnya. Aku kaget melihat tas itu adalah tas yang jatuh bersama diaryku waktu itu. "Ya, ini tas yang aku berikan. Aku kembali dan mencarinya hari itu. Meskipun hujan tapi aku tak ingin kenangan kita hilang. Aku melahatnya tersangkut pada ranting pohon pinggir sungai. Tapi ternyata ada yang lebih berharga dari tas ini. Kamu tidak lupa kalau tas ini khusus hujan kan?" aku tak bisa berkata apa apa saat itu. "Aku cinta sama kamu seperti kamu cinta sama kamu." lanjutnya seakan menendang tepat jantungku. "Aku juga gk rela kamu pergi." lanjutnya lagi. Aku tak tahan lagi. Aku menariknya memeluknya erat. Melepaskan pelukanku dan mencium bibirnya yang selama ini aku cintai diam diam. Ia membalas ciumanku. Ciuman mesra yang agak ganas. Mata kami tertutup. Ini yang pertama dalam sejarahku. Saling menjilati bibir dan menghisap satu sama lain. Menikmati alur irama nafas yang terengah dalam balutan ritual cinta. Rian kini meraba dadaku. Akupun tak kalah darinya. Kupilin putingnya dari luar baju kami. Aku mulai membuka bajunya dan Begitu sebaliknya. Aku turun dan mulai menciumi lehernya lalu turun ke bahunya, menari pelan dan sampai ke dadanya yang bidang dan mengeras karena sensasi itu. Lidahku ku mainkan ke putingnya. Dan tanganku yang kiri memilin putingnya sebelah kanan. Aku menikmati percintaan ini dengan air mata. Aku mengulangi dan merubah posisi kiri ke kanan selam lima menit.
bersambung~~
|
Selasa, 23 Agustus 2016
Berawal Dari Sebuah Mall
Sesampainya di pusat perbelanjaan aku tidak masuk aku hanya menunggu di luar karena aku tau pasti akan lama kemudian datang seorang pria dengan berperawakan gagah dengan kulit hitam manis berbulu kutaksir usia 28 tingi 176 berat 68 indonesia timur yang kemudian kuketahui orang ambon mengenakan seragam brimob lengkap dengan senapannya, ia tampil begitu memikat hidung mancung dan bibir tipis duh bikin pantatku cenat cenut
"Sedanf dinas pak?" aku mulai tegur karena dia tersenyum kepadaku,
"iya, mas lagi apa?" "saya nunggu ibu saya pak.
"saya rendy pak, bapak dari kesatuan mana?"
"saya dari kelapa dua, depok"
aku melihat namanya dari bajunya namanya bramantyo bagaskoro kami pun terlibat dalam pembicaraan yang seru untuk beberapa saat dia Cerita pengalamannya dari ia muda, aku tahu ia masih single dan tinggal di mess bagi para brimob.
"Sedanf dinas pak?" aku mulai tegur karena dia tersenyum kepadaku,
"iya, mas lagi apa?" "saya nunggu ibu saya pak.
"saya rendy pak, bapak dari kesatuan mana?"
"saya dari kelapa dua, depok"
aku melihat namanya dari bajunya namanya bramantyo bagaskoro kami pun terlibat dalam pembicaraan yang seru untuk beberapa saat dia Cerita pengalamannya dari ia muda, aku tahu ia masih single dan tinggal di mess bagi para brimob.
saat ngobrol pun aku tau dia sosok yang ramah dan perhatian sampe ketika aku menanyakan pin bb dia pun dia berikan memang aku agak bertanya sepanjang pembicaraan dia melihatku seperti mau menerkam (aku memang tidak cakep hanya enak dilihat menurut sebagian orang di tambah pantatku yg padat modal untuk seorang bot manly yang cukup, ha.. haa... yang bot jangan iri ya ).
ini lah awal mulaku dengan bang bram, malam itu pukul 22.00 aku ditilang di daerah senayan aku yang tidak terima enggan 'berdamai' dengan polisi dan meminta sidang yang harus aku tunggu 2 minggu kemudian padahal besok sudah masuk kerja, masa aku kerja tidak membawa mobil tanpa sim, saat sampai di rmah ada pesan di BBM ku malam dik rendy, kok abang tungguin tidak ada balasannya bb ku . kulihat pengirimnya bang bram tanpa fikir panjang aku langsung menekan tobol hijau akupun terlibat percakapan by phone
"malam bang bram, apa kabar?"
"baik dik, kamu sombong ya??"
"ga bang, bang aku boleh minta tolong tidak? aku ditilang kemarin aku tidak bawa mobil untuk beberapa saat karena sim ku di tahan"
"Mudah itu kasih tau sini sama abang nanti abang yang ambilkan"
setelah bercanda dan berbasa-basi akupun di beritahunya untuk ketemu setelah itu saat dia tidak dinas, aku yg tak mau merepotkannya menyuruhnya biar aku yg ambil kesana kebetulan aku harus ke tempat temenku mengambil pesanan mamahku di margonda residance.
Aku telp bang bram di hari janjian
"bang, nanti aku ada janji di margonda ressidance sama temenku jam 11 siang nanti abang kesana aja ya kita ketemu disana"
tanpa aku berfikir macem-macem karena aku ada di tempat temenku. pukul 9 pagi aku sudah meluncur ke daerah margonda karena aku tahu hari itu akan macet. jam 10 aku sampe di margonda ressidance aku bertemu dengan pak mansyur security disitu yg sudah kukenal baik
"pagi mas rendy, mau ke kamarnya mas adil ya? mas adilnya udah pulang ke pekalongan tadi pagi tapi dia bilang pesenanya ada dimeja ini kuncinya katanya maas rendy pegang aja dulu" begitulah kata mansyur panjang lebar.
"wah parah nih si adil, masa saya dititipin kunci eh... iya pak nanti ada temenku namanya bram dia mau mengembalikan sim aku nanti langsung aja suruh ke atas ya pak, makasih pak"
aku masuk flat milik adil yg memang rapih dan bersih, kulihat pesanan mamahku ada dimeja dengan surat perintaan maaf karena dia buruburu soalnya kalo berangkat siang pasti terjebak macet. jam 11 kurang 5 menit bell berbunyi kulihat sosok bang bram yang agak berbeda ia mengenakan celana pendek diatas dengkul dan kaos yg bertuliskan kesatuannya serta sepatu larinya, aku terpesona melihatnya
"ren? kok melamun" aku malu karena ketahuan melamun memperhatikan dia
"ayo masuk bang, tidak aku kesal sekali karena temenku yg punya flat ini malah tidak ada saat aku dateng, padahal aku buat janji dengannya" aku mengelak. setelah kusuguhi minum. aku pun bercerita posisi aku duduk disebelah dia kuperhatikan tonjolan di celananya begitu gemas untuk di pegang tapi aku menjaga image. aku juga mengenakan celana basket hari itu,
"ren, aku udh nolongin kamu kan?"
saat bicara ia sudah bergetar mungkin menahan hawa nafsu,
"iya bang, abang mau apa"
aku yg puasa mencoba menahan, tangannya mulai mengelus pahaku yg putih tapi berbulu.
"apa bang abang mau..."
kalimat itu tak perrnh selessai karena brimob itu langsung mencium bibirku. ia cukup lihai memaikan lidahnya, tangan kamipun tak tingaal diam, ia meremas-remas teteku dan mulai membuka apa yg aku kenakan sehingga aku hanya menganakan cd (celana dalam) warna merah dan ia masih mengenakan celana pendek seagamnya tanpa kaos. ia pun mulai merangsang bagian yg paling sensitive, ia menetek dari pentilku
"aaarrggg banghh, eemmmhhh enakkhh bang"
mulutku tak kuasa menahan nikmat yang ia berikan tangan yang satunya perlahan meanrik celana dalamku alhasil aku bugil tanpa selembar benang pun, lidahnya diputar di pentilku beralih ke yang satu dan membuat ku mengerang sementara tangannya diludahi mulai memasukan keliang kenikmatanku.
"uuuhhh... bang braaammhh"
aku mengerang saat jarinya masuk satu jari dua jari, mulai lancar keluar masuk masih sambil ia menetek dari pentil tetekku. kemudian gantian ia kuservie, ku buka celana dalamnya. keluarlah miliknya 19cm dengan diameter 4cm cukup menggairahkan karena diatas rata ku jilati kepalanya (dia sunat) ku masukan semuanya ke mulutku
"arrrrrrhhh terus ren, terus nikmati kontol abang itu sudah jadi milik kamu sekarang, uuhh... yes come on rendy"
begitulah ia menyemangatiku. aku sambil sesekali menjilati biji pelernya. kontolnya terus kunikmati hingga kurasakan ia akaan keluar aku menyudahinya. ia pun mengatur nafas menahan ejakulasinya. aku diangkatnya di dudukan diatas pangkuannya, ini adalah posisi favoriteku saat bercinta. ku pegang kontolnya dan ia menahan pantatku sambil mulutnya menete di pentilku. sedikit-sedikit masuk kepala kontolnya yg hitam dan mengkilat itu.
"aaahhh bang sakiit" aku meringis
"tahan ren, rilex pasti enak kok nantinya" bang bram menenangkan ku.
Akhirnya sedikit sedikit kontol masuk hingga jembutnya menyentuh pantatku tanda kontolnya masuk semua.
"aaaaarrggghh nikmat bang" aku mengerang.
Bang bram mulai menggenjot kontolnya dipantatku , begitu terasa gesekannya di pantatku.
"uuuhhh aaarrgghh ren, pantat kamu nikmat banget sempit. oh yes oh yesss!!"
"terus fuck bang, aku suka kontol abang mmmppphhh enak bang "
setelah 15 menit dengan gaya itu aku disuruh terlentang dan ia kembali menggenjot merombak isi dalam pantat aku
"ooohh rendy, enak banget pantat kamu anget" "aaahh kontol abang yang enak bang aku suka"
ia pintar memainkan ritmenya terkadang dia menggoyangkan kontolnya dengan cepat dan kasar kadang lembut dengan gerakan melingkar.
1 jam keringat kami mulai bercucuran seolah ac ruangan itu tak nyala, keudian ia menyuruhku menungging ia masukan kontolnya
"aaarrggg enak rendy, ooh yes aku ngentotin mahasiswa, oouuhhhggh yes"
"terus bang aku suka dientotin sama kontol brimob ambon yang gede, aaarrgghh... nikmat yes"
2 jam sudah ia mengentotiku dengan berbagai gaya hingga gaya yang terakhir aku di buat bagai anjing betinanya aku tak kuasa menahan nikmat didaerah kontolku dan..
"bang aku ga kuaaaattt aahh aku mau keluar"
ku jepit kontolnya dengan otot anusku
"aaahh rendy, ngejepit banget pantat kamu , abang juga ga kuat aaarrrrrrgggghhh... aaarrrgghh... uuuhh... mmmpphh.."
CCRRROOOTTT... CCRRROOOT.. CCCCCCCCCRRRRRRRRRRRROOOOOOOTTTTTT.. 7 kali semprotan spermanya masuk kebadanku. aku tanpa di pegankontolnya pun menapai orgasme yang begitu dahsyat
"aaaarrggghhh.. aaarrrgggghhh.. uuhhh.. kontooll kamu enak"
kita berciuman dan tertidur dalam posisi kontolnya masih menancap di liang senggamauk"
semenjak saat itu aku dianggapnya pacar yang harus melayani genjotan kontolnya seminggu dua kali.
"malam bang bram, apa kabar?"
"baik dik, kamu sombong ya??"
"ga bang, bang aku boleh minta tolong tidak? aku ditilang kemarin aku tidak bawa mobil untuk beberapa saat karena sim ku di tahan"
"Mudah itu kasih tau sini sama abang nanti abang yang ambilkan"
setelah bercanda dan berbasa-basi akupun di beritahunya untuk ketemu setelah itu saat dia tidak dinas, aku yg tak mau merepotkannya menyuruhnya biar aku yg ambil kesana kebetulan aku harus ke tempat temenku mengambil pesanan mamahku di margonda residance.
Aku telp bang bram di hari janjian
"bang, nanti aku ada janji di margonda ressidance sama temenku jam 11 siang nanti abang kesana aja ya kita ketemu disana"
tanpa aku berfikir macem-macem karena aku ada di tempat temenku. pukul 9 pagi aku sudah meluncur ke daerah margonda karena aku tahu hari itu akan macet. jam 10 aku sampe di margonda ressidance aku bertemu dengan pak mansyur security disitu yg sudah kukenal baik
"pagi mas rendy, mau ke kamarnya mas adil ya? mas adilnya udah pulang ke pekalongan tadi pagi tapi dia bilang pesenanya ada dimeja ini kuncinya katanya maas rendy pegang aja dulu" begitulah kata mansyur panjang lebar.
"wah parah nih si adil, masa saya dititipin kunci eh... iya pak nanti ada temenku namanya bram dia mau mengembalikan sim aku nanti langsung aja suruh ke atas ya pak, makasih pak"
aku masuk flat milik adil yg memang rapih dan bersih, kulihat pesanan mamahku ada dimeja dengan surat perintaan maaf karena dia buruburu soalnya kalo berangkat siang pasti terjebak macet. jam 11 kurang 5 menit bell berbunyi kulihat sosok bang bram yang agak berbeda ia mengenakan celana pendek diatas dengkul dan kaos yg bertuliskan kesatuannya serta sepatu larinya, aku terpesona melihatnya
"ren? kok melamun" aku malu karena ketahuan melamun memperhatikan dia
"ayo masuk bang, tidak aku kesal sekali karena temenku yg punya flat ini malah tidak ada saat aku dateng, padahal aku buat janji dengannya" aku mengelak. setelah kusuguhi minum. aku pun bercerita posisi aku duduk disebelah dia kuperhatikan tonjolan di celananya begitu gemas untuk di pegang tapi aku menjaga image. aku juga mengenakan celana basket hari itu,
"ren, aku udh nolongin kamu kan?"
saat bicara ia sudah bergetar mungkin menahan hawa nafsu,
"iya bang, abang mau apa"
aku yg puasa mencoba menahan, tangannya mulai mengelus pahaku yg putih tapi berbulu.
"apa bang abang mau..."
kalimat itu tak perrnh selessai karena brimob itu langsung mencium bibirku. ia cukup lihai memaikan lidahnya, tangan kamipun tak tingaal diam, ia meremas-remas teteku dan mulai membuka apa yg aku kenakan sehingga aku hanya menganakan cd (celana dalam) warna merah dan ia masih mengenakan celana pendek seagamnya tanpa kaos. ia pun mulai merangsang bagian yg paling sensitive, ia menetek dari pentilku
"aaarrggg banghh, eemmmhhh enakkhh bang"
mulutku tak kuasa menahan nikmat yang ia berikan tangan yang satunya perlahan meanrik celana dalamku alhasil aku bugil tanpa selembar benang pun, lidahnya diputar di pentilku beralih ke yang satu dan membuat ku mengerang sementara tangannya diludahi mulai memasukan keliang kenikmatanku.
"uuuhhh... bang braaammhh"
aku mengerang saat jarinya masuk satu jari dua jari, mulai lancar keluar masuk masih sambil ia menetek dari pentil tetekku. kemudian gantian ia kuservie, ku buka celana dalamnya. keluarlah miliknya 19cm dengan diameter 4cm cukup menggairahkan karena diatas rata ku jilati kepalanya (dia sunat) ku masukan semuanya ke mulutku
"arrrrrrhhh terus ren, terus nikmati kontol abang itu sudah jadi milik kamu sekarang, uuhh... yes come on rendy"
begitulah ia menyemangatiku. aku sambil sesekali menjilati biji pelernya. kontolnya terus kunikmati hingga kurasakan ia akaan keluar aku menyudahinya. ia pun mengatur nafas menahan ejakulasinya. aku diangkatnya di dudukan diatas pangkuannya, ini adalah posisi favoriteku saat bercinta. ku pegang kontolnya dan ia menahan pantatku sambil mulutnya menete di pentilku. sedikit-sedikit masuk kepala kontolnya yg hitam dan mengkilat itu.
"aaahhh bang sakiit" aku meringis
"tahan ren, rilex pasti enak kok nantinya" bang bram menenangkan ku.
Akhirnya sedikit sedikit kontol masuk hingga jembutnya menyentuh pantatku tanda kontolnya masuk semua.
"aaaaarrggghh nikmat bang" aku mengerang.
Bang bram mulai menggenjot kontolnya dipantatku , begitu terasa gesekannya di pantatku.
"uuuhhh aaarrgghh ren, pantat kamu nikmat banget sempit. oh yes oh yesss!!"
"terus fuck bang, aku suka kontol abang mmmppphhh enak bang "
setelah 15 menit dengan gaya itu aku disuruh terlentang dan ia kembali menggenjot merombak isi dalam pantat aku
"ooohh rendy, enak banget pantat kamu anget" "aaahh kontol abang yang enak bang aku suka"
ia pintar memainkan ritmenya terkadang dia menggoyangkan kontolnya dengan cepat dan kasar kadang lembut dengan gerakan melingkar.
1 jam keringat kami mulai bercucuran seolah ac ruangan itu tak nyala, keudian ia menyuruhku menungging ia masukan kontolnya
"aaarrggg enak rendy, ooh yes aku ngentotin mahasiswa, oouuhhhggh yes"
"terus bang aku suka dientotin sama kontol brimob ambon yang gede, aaarrgghh... nikmat yes"
2 jam sudah ia mengentotiku dengan berbagai gaya hingga gaya yang terakhir aku di buat bagai anjing betinanya aku tak kuasa menahan nikmat didaerah kontolku dan..
"bang aku ga kuaaaattt aahh aku mau keluar"
ku jepit kontolnya dengan otot anusku
"aaahh rendy, ngejepit banget pantat kamu , abang juga ga kuat aaarrrrrrgggghhh... aaarrrgghh... uuuhh... mmmpphh.."
CCRRROOOTTT... CCRRROOOT.. CCCCCCCCCRRRRRRRRRRRROOOOOOOTTTTTT.. 7 kali semprotan spermanya masuk kebadanku. aku tanpa di pegankontolnya pun menapai orgasme yang begitu dahsyat
"aaaarrggghhh.. aaarrrgggghhh.. uuhhh.. kontooll kamu enak"
kita berciuman dan tertidur dalam posisi kontolnya masih menancap di liang senggamauk"
semenjak saat itu aku dianggapnya pacar yang harus melayani genjotan kontolnya seminggu dua kali.
Nikmatnya bercinta
Saat kuliah aku aktif dikegiatan pencinta alam di kampus dulu, aku punya sahabat karib bernama Rendra. Walaupun belum tentu sekali setahun berjumpa tetapi semenjak sama-sama kami berkeluarga hingga anak-anak tumbuh dewasa, jalinan persahabatan kami tetap berlanjut. Setidaknya setiap bulan kami saling bertelpon atau sms. Ada saja masalah untuk dibicarakan.
Suatu pagi Rendra telepon bahwa dia baru pulang dari Malang, kota kelahirannya. Dia bilang ada oleh-oleh kecil untuk aku. Dibilangnya, kalau aku tidak keluar rumah, Yusuf anaknya, akan
mengantarkannya kerumahku. Ah.. repotnya sahabatku, demikian pikirku.
Aku sambut gembira atas kebaikan hatinya, aku memang jarang keluar rumah dan aku menjawab terima kasih untuk oleh-olehnya. Rejeki ada saja, Rendra pasti membawakan apel Malang dan kripik tempe, makanan tradisional dari Malang kesukaanku.
Aku tidak akan keluar rumah untuk menunggu si Yusuf anak Rendra, yang seingatku sudah lebih dari 10 tahun aku tidak berjumpa dengannya.
mengantarkannya kerumahku. Ah.. repotnya sahabatku, demikian pikirku.
Aku sambut gembira atas kebaikan hatinya, aku memang jarang keluar rumah dan aku menjawab terima kasih untuk oleh-olehnya. Rejeki ada saja, Rendra pasti membawakan apel Malang dan kripik tempe, makanan tradisional dari Malang kesukaanku.
Aku tidak akan keluar rumah untuk menunggu si Yusuf anak Rendra, yang seingatku sudah lebih dari 10 tahun aku tidak berjumpa dengannya.
Menjelang tengah hari sebuah jeep Cherokee masuk ke halaman rumahku. Kuintip dari jendela. Dua orang anak muda tanggung turun dari jeep itu. Mungkin si Yusuf datang bersama temannya. Ah, jangkung bener Yusuf anak Rendra ini. Aku buka pintu. Dengan sebuah bingkisan si Yusuf naik ke teras rumah.
“Selamat siang, Om. Ini titipan Papa untuk Om Tian. Kenalin ini Donny teman saya, Om”.
Yusuf menyerahkan kiriman dari papanya dan mengenalkan temannya padaku. Aku sambut gembira mereka. Oleh-oleh apel Malang dari Rendra dan langsung aku simpan di lemari es aku, sementara kripik tempenya ku taruh di meja.
Tapi sungguh, aku terpesona saat melihat anak Rendra yang sudah demikian besar dan jangkung itu. Dengan gaya pakaian dan rambutnya yang trendy sungguh keren anak sahabatku ini. Demikian pula si Donny temannya, mereka berdua adalah pemuda-pemuda masa kini yang sangat tampan dan simpatik. Ah, anak jaman sekarang, mungkin karena pola makannya sudah maju pertumbuhan mereka jadi subur. Lalu mereka aku ajak masuk ke rumah. Kubuatkan minuman untuk mereka berdua. Kuperhatikan mata si Donny, ternyata tatapannya agak nakal, dia lama memperhatikan dadaku dan sesekali melirik sekitar selangkanganku. Bahkan matanya mengikuti apapun yang sedang aku lakukan, saat aku jalan, saat aku ngomong, saat aku mengambil sesuatu. Ah, apakah anak laki-laki sekarang, kalau lihat pria muscle akan bertindak demikian??. Selain itu, dia juga pinter ngomong lucu dan banyak nyerempet-nyerempet ke masalah seksual. Dan si Yusuf sendiri justru senang dengan omongan dan kelakar temannya. Dia juga suka nimbrung, nambahin lucu sambil melempar senyuman manisnya. Kami jadi banyak tertawa dan cepat saling akrab. Terus terang aku senang dengan mereka berdua. Dan tiba-tiba aku merasa
berlaku aneh, apakah ini karena ketertarikanku pada dua anak remaja ini. Tapi aku harus menjaga image dan pribadiku, agar orang lain tidak tau jika aku menyukai cowok sejenisku.
Mungkin hal ini disebabkan oleh tingkah si Donny yang mengingatkanku pada peristiwa-peristiwa berkesan saat aku ML dengan cowok seumuran dia. Peristiwa-peristiwa penuh birahi
yang selalu mendebarkan jantung dan hatiku. Ah, dasar homo tua yang nggak tahu diri, makian dari hatiku untukku sendiri. Tetapi gebu libidoku ini demikian cepat menyeruak ke darahku dan lebih cepat lagi ke wajahku yang langsung terasa bengap kemerahan menahan gejolak birahi mengingat masa laluku itu.
“Om, jangan ngelamun. Cicak jatuh karena ngelamun, lho” ujar Yusuf.
Kami kembali terbahak mendengar kelakar Yusuf. Dan kulihat mata Donny terus menunjukkan minatnya pada bagian-bagian tubuhku yang kekar karena otot hasil gym ku ini. Dan aku tidak heran kalau anak-anak muda macam Donny dan Yusuf ini pengen tubuh kekar dan berotot macam bodyku ini. Walaupun usiaku yang memasuki tahun ke 42 aku tetap fresh dan good looking. Aku memang suka merawat tubuhku sejak muda. Boleh dibilang tak ada kerutan tanda ketuaan pada bagian-bagian tubuhku. Kalau aku jalan sama Mirna, istriku, banyak yang mengira aku adiknya atau bahkan piaraannya. Kurang
asem, tuh orang. Tiba-tiba aku ada ide untuk menahan kedua anak ini.
“Hai, bagaimana kalau kalian makan siang di sini. Aku ingin mencoba resep masakan yang baru, aku pikir masaknya cepat dan rasanya sedap. Sementara aku masak kamu bisa ngobrol, baca tuh majalah atau pakai tuh, komputer Om. Kamu bisa main game, internet atau apa lainnya. Tapi jangan cari yang tidak-tidak ya..”, aku tawarkan makan siang pada mereka.
Tanpa konsultasi dengan temannya si Donny langsung iya saja. Aku tahu mata Donny ingin memandangi tubuhku lebih lama lagi. Si Yusuf ngikut saja apa kata Donny. Sementara mereka menyalakan komputer, aku ke dapur mempersiapkan masakanku. Aku sedang mengiris sayuran ketika tahu-tahu Donny sudah berada di belakangku. Dia menanyaiku,
“Om dulu teman kuliah papanya Yusuf, ya. Kok kayanya jauh banget, sih?”.
“Apanya yang jauh?, aku tahu maksud pertanyaan Donny.
“Iya, Om pantesnya seumur dengan teman-temanku”.
“Gombal, ah. Kamu kok pinter menggombal, sih, Don”.
“Bener. Kalau nggak percaya tanya, deh, sama Yusuf”, lanjutnya sambil melototi selangkanganku.
“Om hobbynya apa?”.
“Berenang di laut, skin dan scuba diving, makan sea food, makan sayuran, nonton Discovery di TV”.
“Ooo, pantesan”.
“Apa yang pantesan?”, sergapku.
“Pantesan body Om bagus banget”.
Kurang asem Donny ini, tanpa kusadari dia menggiring aku untuk mendapatkan peluang melontarkan kata-kata
“body Om bagus banget” pada tubuhku.
Tetapi aku tak akan pernah menyesal akan giringan Donny ini. Dan reaksi naluriku langsung membuat darahku terasa serr.., libidoku muncul terdongkrak. Aku merasakan kalau Donny ini memiliki naluri dan orientasi seksual yang sama denganku. Penyuka terhadap cowok sejenisnya. Setapak demi setapak aku merasa ada yang bergerak maju. Donny sudah menunjukkan keberaniannya untuk mendekat ke aku dan punya jalan untuk mengungkapkan kenakalan kegayannya. Aku tidak memerlukan penantian terlampau lama.
Tiba tiba seolah tanpa sengaja, tangan Donny menyentuh ke daerah selangkanganku. Aku yang kaget, cepat berfikir apakah akan ku timpali atau diam saja pura-pura tidak menyadari. Kuputuskan, aku diam saja seolah tidak merasakan. Dan ternyata Donny mengulanginya lagi dengan cukup keras dan disertai remasan. Aku pura-pura tersentak dan sejenak memandangi Donny. Ternyata Donny memberikan senyum nakalnya padaku. Antara bingung harus bersikap apa, aku Cuma tertegun. Sehingga mungkin hal ini dianggap peluang bagi Donny untuk berbuat lebih. Tangan dia langsng didaratkan di gundukan batang kontolku, dan dipegangnya dengan lembut. Aku mendesis dan menutupkan mata, agar tampak menikmati ulah Donny. Tiba-tiba bibir Donny sudah mendarat di tengkuk
leherku. Agak kaget juga aku mendapatkan perlakuan seperti itu. Karena aku tidak ingin membuang kesempatan ini, lalu akupun membalas mengelus tangan Donny. Dan sejenak, Donny semakin liar dan beralih memagut bibirku. Kini bibir kami sudah berpagutan dan kemudian saling melumat. Dan tangan-tangan kami saling berpeluk. Tanganku berusaha meraih kepalanya serta mengelusi rambutnya. Sementara tangan Donny mulai bergeser menerobos masuk ke kaosku. Dan tangan-tangan itu juga menerobos dan kemudian meremasi dadaku. Dan aku mengeluarkan desahan nikmat agar Donny semakin bersemangat. Sungguh kurasakan nikmat kerinduan birahi menggauli anak muda yang seusia anakku, 22 tahun di bawah usiaku.
“Om, aku nafsu banget lihat body Om. Aku pengin menciumi body Om. Aku pengin menjilati body Om. Aku ingin menjilati kontol Om. Aku ingin ngentot Om”. Ah, seronoknya mulutnya Donny ini.
Kata-kata seronok Donny melahirkan sebuah sensasi erotik yang membuat aku menggelinjang hebat. Kutekankan
selangkanganku mepet keselangkangnnya hingga kurasakan dua jendolan panas yang mengganjal. Pasti kontol Donny sudah ngaceng banget menindih kontolku yang telah tegang pula. Kuputar-putar pinggulku untuk merasakan tonjolannya kontol Donny lebih dalam lagi. Donny mengerang dan mendesis. Dengan tidak sabaran dia tarik dan lepaskan celana dan kaosku. Sementara kaosku masih menutupi kepalaku, ternyata bibirnya sudah mendarat ke ketiakku. Dia lumati habis-habisan ketiak kiri kemudian kanannya. Aku merasakan nikmat di sekujur urat-uratku. Donny menjadi sangat liar, maklum anak muda, dia lalu membuat gigitan dan kecupannya dari ketiak beralih ke dadaku. Dia jilatin permukaan dada dan otot dadaku. Hingga kedua pentilnya juga diisep dengan penuh nafsu.
Suara-suara erangannya terus mengiringi setiap sedotan, jilatan dan gigitannya. Sementara itu tangannya mulai merambah ke pahaku, keselangkanganku. Aku tak mampu mengelak dan aku memang tak akan mengelak. Birahiku sendiri sekarang sudah terbakar hebat. Gelombang dahsyat nafsuku telah melanda dan
menghanyutkan aku. Hal yang bisa kulakukan hanyalah mendesah dan merintih menanggung derita dan siksa nikmat birahiku. Begitu celanaku merosot ke kaki, Donny langsung setengah jongkok menciumi celana dalamku. Dia ciumi hingga basah kuyup oleh ludahnya. Dengan nafsu besarnya yang kurang sabaran tangannya memerosotkan celana dalamku. Kini bibir dan lidahnya menyergap glans penis, batang dan skrotum penisku. Aku jadi ikutan tidak sabar.
“Donny, copot dong celanamu, aku pengin menciumi punya kamu juga”.
Dan tanpa protes dia langsung berdiri melepaskan celana panjang berikut celana dalamnya. Kontolnya yang ngaceng berat langsung mengayun kaku seakan mau menonjokku. Kini aku ganti yang setengah jongkok, kukulum kontolnya. Dengan sepenuh nafsuku aku jilati ujungnya yang sobek merekah menampilkan lubang kencingnya. Aku merasakan precum asinnya saat Donny menggerakkan pantatnya seolah ngentot mulutku. Aku raih pahanya biar arah kontolnya tepat ke lubang mulutku.
“Om, aku pengin ngentot anus Om. Bisa?”.
Aku terdiam ,karena tidak tahu maksudnya, karena kata-kata bool bagiku masih asing. Sejenak yang kurasakan, belum juga aku puas menjilati penisnya dia angkat tubuhku. Dia angkat satu kakiku ke meja dapur hingga pantatku terbuka. Kemudian dia arahkan dan ditusukkannya kontolnya yang lumayan gede itu ke bongkahan pantatku. Aku menjerit tertahan, sudah lebih dari 3 bulan bagian itu tidak tersentuh. Aku membalikkan badan dan tersenyum ke arah Donny.
“Sabar ya Don.. Jangan teburu-buru” pintaku.
Aku berlari ke arah rak lemari, lalu aku ambil kondom dan pelicin yang kusimpan tersembunyi. Kulihat Donny terdiam, entah merasa kecewa karena aksinya tertunda, ataukah karena aku sempat berlari tadi.
Lalu aku segera berjongkok dan kusambar penis yang luamayan besar itu untuk kembali aku kulum. Aku masukkan kedalam penisnya yang bengkak. Kujepit dengan kedua bibirku, sementara lidahku bermain-main di lubang kencingnya. Entah karena merasa geli atau karena keenakan, Donny menyentakkan kontolnya hingga amblas, melesak ke dalam mulutku. Seluruh batang penis yang besar itu tertanam seluruhnya di
mulutku, bahkan penisnya menyodok tenggorokanku. Aku membuka lebar-lebar mulutku, saat aku menarik nafas dan memberikan ruang bagi kontol itu melesak keujung tenggorokanku. Donny pun melenguh dan mendesis saat kukenyot batang kontolnya. Sementara mulutku melumat habis batang kontol berurat itu, tangaku menggerayang menjelajahi setiap lekuk tubuh pemuda yang masih seumuran anakku ini. Kurasakan kulitnya yang lembut khas pria muda. Kuremas-remas dada dan kupilin-pilin dua teteknya. Kubelai-belai bulu bulu tipis yang tumbuh disekitar perut dan berakhir di bulu kemaluannya. Bahkan kedua pantat Donny juga tak luput dari seranganku, kupegang, kuremas dan bahkan jarikupun kuselipkan diantara dua bongkahan pantatnya. Donny mendorong pantatnya dan membuat penisnya semakin melesak ke dalam mulutku. Aku tersedak sebentar, hingga air mataku seakan mau menetes.
Berikutnya, tangan Donny membelai rambutku, lalu meraba telingaku dan dipermainkan telinga itu, sehingga sensasi geli dan nikmat kurasakan.Dengan sedikit jongkok, Donny membelai punggungku, melakukan cubitan kecil lalu turun ke arah pantatku. Diremas remasnya kedua pantatku, dan jari tangannya berusaha menjalar di lipatan dan lubang pantatku. Namun karena
posisi Donny, agak susah menusukkan jari tangannya ke lubang anusku. Dengan sedikit merubah posisi disambing, akhirnya sambil tetap menghisap penis Donny. Dia kini mudah meraih lubang anusku. Dimasukkannya jari tengahnya, lalu perlahan dikeluarkan dan digantikan dengan jari tengah dan jari telunjuk masuk bersamaan. Aku melenguh, merasakan tusukan dua jari di lubang anusku. Lalu Donny mengambil pelicin dan mengolesi jari tangannya dengan sedikit pelicin.
Saat dua jari itu masuk dengan mudah kelubang anusku, kurasakan ada aliran sengatan birahi saat jari itu menyentuh dinding lubang anusku. Betapa aku merasakan, lubang itu telah lama tidak ditusuk-tusuk batang penis pria. Kini kegatalan lubang anusku terobati. Donny mengangkat tubuhku sehingga aku bediri. Lalu dibalikkan tubuhku, sehingga pantatnya kurasakan menyentuh patatku. Lalu dengan kedua tangannya menyibak bongkahan pantatku, penisnya didekatkan ke lubang anusku.
Dengan gerak refleks Donny membuka pembungkus kondom dan segera menyarungkan di kontolnya yang tegang penuh itu. Kurasakan dingin pelicin menyentuh lubang anusku. Glans penis itu berusaha menerobos lubang anusku. Tapi agak kesulitan. Aku mengambil posisi badanku sedikit kusorongkan kedepan, sehingga badanku agak membungkuk. Aksiku ini ternyata memudahkan Donny melesakkan batang kontolnya menerobos lubang anusku. Sodokkan penis Donny yang pelan namun pasti, membuat aliran darahku terkesiap menikmati gesekan batang kontol itu menggesek dinding anusku. Rasa ngilu, geli dan nikmat bercampur baur. Aku dibuat gila karena rasa nikmat yang lama tidak kurasakan ini kembali menyerangku dengan hebat. Tubuhku bergetar karena seluruh urat syarafku berkontraksi karena rasa nikmat perlakuan sodomi ini. Sejenak, seluruh kontol gede Donny melesak dan menghunjam lubang anusku. Bibir dan dinding anusku menjepit dan mencengkeram batang penis Donny dengan kuat. Lalu Donnypun mulai memaju mundurkan kontolnya, sehingga tiap hentakan maju atau mundur, kuarasakan pula debur kenikmatan mengaliri lubang anusku hingga penisku semakin teracung tegang. Tanpa kenal henti dan semakin cepat, anak muda ini terus menggenjot dan mengentoti lubang anusku. Terengah engah kurasakan nafas Donny saat kocokan dan genjotan penisnya di lubang anusku. Kunilai anak muda ini maunya serba cepat. Aku rasa sebentar lagi spermanya pasti muncrat, karena penisnya kurasakan mulai berkedut-kedut.
“Selamat siang, Om. Ini titipan Papa untuk Om Tian. Kenalin ini Donny teman saya, Om”.
Yusuf menyerahkan kiriman dari papanya dan mengenalkan temannya padaku. Aku sambut gembira mereka. Oleh-oleh apel Malang dari Rendra dan langsung aku simpan di lemari es aku, sementara kripik tempenya ku taruh di meja.
Tapi sungguh, aku terpesona saat melihat anak Rendra yang sudah demikian besar dan jangkung itu. Dengan gaya pakaian dan rambutnya yang trendy sungguh keren anak sahabatku ini. Demikian pula si Donny temannya, mereka berdua adalah pemuda-pemuda masa kini yang sangat tampan dan simpatik. Ah, anak jaman sekarang, mungkin karena pola makannya sudah maju pertumbuhan mereka jadi subur. Lalu mereka aku ajak masuk ke rumah. Kubuatkan minuman untuk mereka berdua. Kuperhatikan mata si Donny, ternyata tatapannya agak nakal, dia lama memperhatikan dadaku dan sesekali melirik sekitar selangkanganku. Bahkan matanya mengikuti apapun yang sedang aku lakukan, saat aku jalan, saat aku ngomong, saat aku mengambil sesuatu. Ah, apakah anak laki-laki sekarang, kalau lihat pria muscle akan bertindak demikian??. Selain itu, dia juga pinter ngomong lucu dan banyak nyerempet-nyerempet ke masalah seksual. Dan si Yusuf sendiri justru senang dengan omongan dan kelakar temannya. Dia juga suka nimbrung, nambahin lucu sambil melempar senyuman manisnya. Kami jadi banyak tertawa dan cepat saling akrab. Terus terang aku senang dengan mereka berdua. Dan tiba-tiba aku merasa
berlaku aneh, apakah ini karena ketertarikanku pada dua anak remaja ini. Tapi aku harus menjaga image dan pribadiku, agar orang lain tidak tau jika aku menyukai cowok sejenisku.
Mungkin hal ini disebabkan oleh tingkah si Donny yang mengingatkanku pada peristiwa-peristiwa berkesan saat aku ML dengan cowok seumuran dia. Peristiwa-peristiwa penuh birahi
yang selalu mendebarkan jantung dan hatiku. Ah, dasar homo tua yang nggak tahu diri, makian dari hatiku untukku sendiri. Tetapi gebu libidoku ini demikian cepat menyeruak ke darahku dan lebih cepat lagi ke wajahku yang langsung terasa bengap kemerahan menahan gejolak birahi mengingat masa laluku itu.
“Om, jangan ngelamun. Cicak jatuh karena ngelamun, lho” ujar Yusuf.
Kami kembali terbahak mendengar kelakar Yusuf. Dan kulihat mata Donny terus menunjukkan minatnya pada bagian-bagian tubuhku yang kekar karena otot hasil gym ku ini. Dan aku tidak heran kalau anak-anak muda macam Donny dan Yusuf ini pengen tubuh kekar dan berotot macam bodyku ini. Walaupun usiaku yang memasuki tahun ke 42 aku tetap fresh dan good looking. Aku memang suka merawat tubuhku sejak muda. Boleh dibilang tak ada kerutan tanda ketuaan pada bagian-bagian tubuhku. Kalau aku jalan sama Mirna, istriku, banyak yang mengira aku adiknya atau bahkan piaraannya. Kurang
asem, tuh orang. Tiba-tiba aku ada ide untuk menahan kedua anak ini.
“Hai, bagaimana kalau kalian makan siang di sini. Aku ingin mencoba resep masakan yang baru, aku pikir masaknya cepat dan rasanya sedap. Sementara aku masak kamu bisa ngobrol, baca tuh majalah atau pakai tuh, komputer Om. Kamu bisa main game, internet atau apa lainnya. Tapi jangan cari yang tidak-tidak ya..”, aku tawarkan makan siang pada mereka.
Tanpa konsultasi dengan temannya si Donny langsung iya saja. Aku tahu mata Donny ingin memandangi tubuhku lebih lama lagi. Si Yusuf ngikut saja apa kata Donny. Sementara mereka menyalakan komputer, aku ke dapur mempersiapkan masakanku. Aku sedang mengiris sayuran ketika tahu-tahu Donny sudah berada di belakangku. Dia menanyaiku,
“Om dulu teman kuliah papanya Yusuf, ya. Kok kayanya jauh banget, sih?”.
“Apanya yang jauh?, aku tahu maksud pertanyaan Donny.
“Iya, Om pantesnya seumur dengan teman-temanku”.
“Gombal, ah. Kamu kok pinter menggombal, sih, Don”.
“Bener. Kalau nggak percaya tanya, deh, sama Yusuf”, lanjutnya sambil melototi selangkanganku.
“Om hobbynya apa?”.
“Berenang di laut, skin dan scuba diving, makan sea food, makan sayuran, nonton Discovery di TV”.
“Ooo, pantesan”.
“Apa yang pantesan?”, sergapku.
“Pantesan body Om bagus banget”.
Kurang asem Donny ini, tanpa kusadari dia menggiring aku untuk mendapatkan peluang melontarkan kata-kata
“body Om bagus banget” pada tubuhku.
Tetapi aku tak akan pernah menyesal akan giringan Donny ini. Dan reaksi naluriku langsung membuat darahku terasa serr.., libidoku muncul terdongkrak. Aku merasakan kalau Donny ini memiliki naluri dan orientasi seksual yang sama denganku. Penyuka terhadap cowok sejenisnya. Setapak demi setapak aku merasa ada yang bergerak maju. Donny sudah menunjukkan keberaniannya untuk mendekat ke aku dan punya jalan untuk mengungkapkan kenakalan kegayannya. Aku tidak memerlukan penantian terlampau lama.
Tiba tiba seolah tanpa sengaja, tangan Donny menyentuh ke daerah selangkanganku. Aku yang kaget, cepat berfikir apakah akan ku timpali atau diam saja pura-pura tidak menyadari. Kuputuskan, aku diam saja seolah tidak merasakan. Dan ternyata Donny mengulanginya lagi dengan cukup keras dan disertai remasan. Aku pura-pura tersentak dan sejenak memandangi Donny. Ternyata Donny memberikan senyum nakalnya padaku. Antara bingung harus bersikap apa, aku Cuma tertegun. Sehingga mungkin hal ini dianggap peluang bagi Donny untuk berbuat lebih. Tangan dia langsng didaratkan di gundukan batang kontolku, dan dipegangnya dengan lembut. Aku mendesis dan menutupkan mata, agar tampak menikmati ulah Donny. Tiba-tiba bibir Donny sudah mendarat di tengkuk
leherku. Agak kaget juga aku mendapatkan perlakuan seperti itu. Karena aku tidak ingin membuang kesempatan ini, lalu akupun membalas mengelus tangan Donny. Dan sejenak, Donny semakin liar dan beralih memagut bibirku. Kini bibir kami sudah berpagutan dan kemudian saling melumat. Dan tangan-tangan kami saling berpeluk. Tanganku berusaha meraih kepalanya serta mengelusi rambutnya. Sementara tangan Donny mulai bergeser menerobos masuk ke kaosku. Dan tangan-tangan itu juga menerobos dan kemudian meremasi dadaku. Dan aku mengeluarkan desahan nikmat agar Donny semakin bersemangat. Sungguh kurasakan nikmat kerinduan birahi menggauli anak muda yang seusia anakku, 22 tahun di bawah usiaku.
“Om, aku nafsu banget lihat body Om. Aku pengin menciumi body Om. Aku pengin menjilati body Om. Aku ingin menjilati kontol Om. Aku ingin ngentot Om”. Ah, seronoknya mulutnya Donny ini.
Kata-kata seronok Donny melahirkan sebuah sensasi erotik yang membuat aku menggelinjang hebat. Kutekankan
selangkanganku mepet keselangkangnnya hingga kurasakan dua jendolan panas yang mengganjal. Pasti kontol Donny sudah ngaceng banget menindih kontolku yang telah tegang pula. Kuputar-putar pinggulku untuk merasakan tonjolannya kontol Donny lebih dalam lagi. Donny mengerang dan mendesis. Dengan tidak sabaran dia tarik dan lepaskan celana dan kaosku. Sementara kaosku masih menutupi kepalaku, ternyata bibirnya sudah mendarat ke ketiakku. Dia lumati habis-habisan ketiak kiri kemudian kanannya. Aku merasakan nikmat di sekujur urat-uratku. Donny menjadi sangat liar, maklum anak muda, dia lalu membuat gigitan dan kecupannya dari ketiak beralih ke dadaku. Dia jilatin permukaan dada dan otot dadaku. Hingga kedua pentilnya juga diisep dengan penuh nafsu.
Suara-suara erangannya terus mengiringi setiap sedotan, jilatan dan gigitannya. Sementara itu tangannya mulai merambah ke pahaku, keselangkanganku. Aku tak mampu mengelak dan aku memang tak akan mengelak. Birahiku sendiri sekarang sudah terbakar hebat. Gelombang dahsyat nafsuku telah melanda dan
menghanyutkan aku. Hal yang bisa kulakukan hanyalah mendesah dan merintih menanggung derita dan siksa nikmat birahiku. Begitu celanaku merosot ke kaki, Donny langsung setengah jongkok menciumi celana dalamku. Dia ciumi hingga basah kuyup oleh ludahnya. Dengan nafsu besarnya yang kurang sabaran tangannya memerosotkan celana dalamku. Kini bibir dan lidahnya menyergap glans penis, batang dan skrotum penisku. Aku jadi ikutan tidak sabar.
“Donny, copot dong celanamu, aku pengin menciumi punya kamu juga”.
Dan tanpa protes dia langsung berdiri melepaskan celana panjang berikut celana dalamnya. Kontolnya yang ngaceng berat langsung mengayun kaku seakan mau menonjokku. Kini aku ganti yang setengah jongkok, kukulum kontolnya. Dengan sepenuh nafsuku aku jilati ujungnya yang sobek merekah menampilkan lubang kencingnya. Aku merasakan precum asinnya saat Donny menggerakkan pantatnya seolah ngentot mulutku. Aku raih pahanya biar arah kontolnya tepat ke lubang mulutku.
“Om, aku pengin ngentot anus Om. Bisa?”.
Aku terdiam ,karena tidak tahu maksudnya, karena kata-kata bool bagiku masih asing. Sejenak yang kurasakan, belum juga aku puas menjilati penisnya dia angkat tubuhku. Dia angkat satu kakiku ke meja dapur hingga pantatku terbuka. Kemudian dia arahkan dan ditusukkannya kontolnya yang lumayan gede itu ke bongkahan pantatku. Aku menjerit tertahan, sudah lebih dari 3 bulan bagian itu tidak tersentuh. Aku membalikkan badan dan tersenyum ke arah Donny.
“Sabar ya Don.. Jangan teburu-buru” pintaku.
Aku berlari ke arah rak lemari, lalu aku ambil kondom dan pelicin yang kusimpan tersembunyi. Kulihat Donny terdiam, entah merasa kecewa karena aksinya tertunda, ataukah karena aku sempat berlari tadi.
Lalu aku segera berjongkok dan kusambar penis yang luamayan besar itu untuk kembali aku kulum. Aku masukkan kedalam penisnya yang bengkak. Kujepit dengan kedua bibirku, sementara lidahku bermain-main di lubang kencingnya. Entah karena merasa geli atau karena keenakan, Donny menyentakkan kontolnya hingga amblas, melesak ke dalam mulutku. Seluruh batang penis yang besar itu tertanam seluruhnya di
mulutku, bahkan penisnya menyodok tenggorokanku. Aku membuka lebar-lebar mulutku, saat aku menarik nafas dan memberikan ruang bagi kontol itu melesak keujung tenggorokanku. Donny pun melenguh dan mendesis saat kukenyot batang kontolnya. Sementara mulutku melumat habis batang kontol berurat itu, tangaku menggerayang menjelajahi setiap lekuk tubuh pemuda yang masih seumuran anakku ini. Kurasakan kulitnya yang lembut khas pria muda. Kuremas-remas dada dan kupilin-pilin dua teteknya. Kubelai-belai bulu bulu tipis yang tumbuh disekitar perut dan berakhir di bulu kemaluannya. Bahkan kedua pantat Donny juga tak luput dari seranganku, kupegang, kuremas dan bahkan jarikupun kuselipkan diantara dua bongkahan pantatnya. Donny mendorong pantatnya dan membuat penisnya semakin melesak ke dalam mulutku. Aku tersedak sebentar, hingga air mataku seakan mau menetes.
Berikutnya, tangan Donny membelai rambutku, lalu meraba telingaku dan dipermainkan telinga itu, sehingga sensasi geli dan nikmat kurasakan.Dengan sedikit jongkok, Donny membelai punggungku, melakukan cubitan kecil lalu turun ke arah pantatku. Diremas remasnya kedua pantatku, dan jari tangannya berusaha menjalar di lipatan dan lubang pantatku. Namun karena
posisi Donny, agak susah menusukkan jari tangannya ke lubang anusku. Dengan sedikit merubah posisi disambing, akhirnya sambil tetap menghisap penis Donny. Dia kini mudah meraih lubang anusku. Dimasukkannya jari tengahnya, lalu perlahan dikeluarkan dan digantikan dengan jari tengah dan jari telunjuk masuk bersamaan. Aku melenguh, merasakan tusukan dua jari di lubang anusku. Lalu Donny mengambil pelicin dan mengolesi jari tangannya dengan sedikit pelicin.
Saat dua jari itu masuk dengan mudah kelubang anusku, kurasakan ada aliran sengatan birahi saat jari itu menyentuh dinding lubang anusku. Betapa aku merasakan, lubang itu telah lama tidak ditusuk-tusuk batang penis pria. Kini kegatalan lubang anusku terobati. Donny mengangkat tubuhku sehingga aku bediri. Lalu dibalikkan tubuhku, sehingga pantatnya kurasakan menyentuh patatku. Lalu dengan kedua tangannya menyibak bongkahan pantatku, penisnya didekatkan ke lubang anusku.
Dengan gerak refleks Donny membuka pembungkus kondom dan segera menyarungkan di kontolnya yang tegang penuh itu. Kurasakan dingin pelicin menyentuh lubang anusku. Glans penis itu berusaha menerobos lubang anusku. Tapi agak kesulitan. Aku mengambil posisi badanku sedikit kusorongkan kedepan, sehingga badanku agak membungkuk. Aksiku ini ternyata memudahkan Donny melesakkan batang kontolnya menerobos lubang anusku. Sodokkan penis Donny yang pelan namun pasti, membuat aliran darahku terkesiap menikmati gesekan batang kontol itu menggesek dinding anusku. Rasa ngilu, geli dan nikmat bercampur baur. Aku dibuat gila karena rasa nikmat yang lama tidak kurasakan ini kembali menyerangku dengan hebat. Tubuhku bergetar karena seluruh urat syarafku berkontraksi karena rasa nikmat perlakuan sodomi ini. Sejenak, seluruh kontol gede Donny melesak dan menghunjam lubang anusku. Bibir dan dinding anusku menjepit dan mencengkeram batang penis Donny dengan kuat. Lalu Donnypun mulai memaju mundurkan kontolnya, sehingga tiap hentakan maju atau mundur, kuarasakan pula debur kenikmatan mengaliri lubang anusku hingga penisku semakin teracung tegang. Tanpa kenal henti dan semakin cepat, anak muda ini terus menggenjot dan mengentoti lubang anusku. Terengah engah kurasakan nafas Donny saat kocokan dan genjotan penisnya di lubang anusku. Kunilai anak muda ini maunya serba cepat. Aku rasa sebentar lagi spermanya pasti muncrat, karena penisnya kurasakan mulai berkedut-kedut.
Sementara aku masih belum sepenuhnya puas dengan entotannya. Aku harus menunda agar nafsu Donny lebih terarah. Aku cepat tarik lubang anusku dari tusukkannya, aku berbalik dan telentang di atas meja dan berhadapan dengan Donny. Kuangkat kedua kakiku dengan tanganku menahan kedua kaki ini. Aku pengin dan mau Donny nembak pantatku dari arah depan. Ini adalah gaya favoritku. Gaya ayam panggang. Biasanya aku akan cepat orgasme saat dientot dengan cara ini. Donny tidak perlu menunggu permintaanku yang kedua. kontolnya langsung di desakkan ke lubang nausku yang telah siap untuk melahap penisnya itu. aku merasakan enaknya penis Donny sekarang. Pompaannya juga lebih mantap dengan pantatku yang terus mengimbangi dan menjemput setiap tusukan penisnya. Apalagi hentakan Donny cukup keras, sehingga ruang dapur jadi riuh rendah. Selintas terpikir olehku, dimana si Yusuf. Apakah dia masih berkutat dengan komputernya? Atau dia sedang mengintip kami barangkali? Tiba-tiba dalam ayunan penisnya yang sudah demikian keras dan berirama Donny berteriak.
“Dang, Yusuf, ayoo, bantuin aku .., Dang.”. Ah, kurang asem anak-anak ini. Jangan-jangan mereka memang melakukan konspirasi untuk mengentotku secara bersama-sama.
Kemudian kulihat Yusuf dengan tenangnya muncul menuju ke dapur dan berkata ke Donny
“Aku kebagian apanya Don?“
"Tuh, kamu bisa ngentot mulutnya. Dia mau kok”. Duh, kata-kata seronok yang
mereka ucapkan dengan kesan seolah-olah aku ini hanya obyek mereka.
Dan anehnya ucapan-ucapan yang sangat tidak santun itu demikian merangsang nafsu birahiku, sangat eksotik dalam khayalku. Aku langsung membayangkan seolah-olah aku ini gigolo mereka yang siap melayani apapun kehendak pembookingnya. Aku melenguh keras-keras untuk merespon gaya mereka itu. Kulihat dengan tenangnya Yusuf mencopoti celananya sendiri dan lantas meraih kepalaku dengan tangan kirinya, dijambaknya rambutku tanpa menunjukkan rasa hormat padaku yang adalah teman papanya itu. Untuk kemudian ditariknya mulutku mendekat kepenisnya yang telah siap dalam genggaman tangan kanannya. Penis Yusuf nampak kemerahan mengkilat. Kepalanya menjamur besar diujung batangnya. Dengan bergegas, Yusuf menyorongkan selangkangannya di wajahku Hidungku menikmati banget aroma yang menyebar dari selangkangan Yusuf. Saat bibirku disentuhkannya penisnya, aroma penisnya menyergap hidungku yang langsung membuat aku kelimpungan untuk selekasnya mencaplok penis itu. Dengan penuh kegilaan aku lumati, jilati kulum, gigiti kepalanya, batangnya, pangkalnya, biji pelernya. Semua kulumat dan kulahap habis.
Tangan Yusuf terus mengendalikan kepalaku mengikuti keinginannya. Terkadang dia buat maju mundur agar mulutku memompa, terkadang dia tarik keluar penisnya menekankan batangnya atau pelirnya agar aku menjilatinya. Jilatan lidah dan kuluman bibirku liar melata ke seluruh kemaluan Yusuf. Kemudian untuk memenuhi kehausanku yang amat sangat, paha Yusuf kuraih ke atas meja sehingga satu kakinya menginjak ke meja dan membuat posisi pantatnya menduduki wajahku. Aku mudah melumat habis penis berbentuk jamur itu, sedangkan Yusuf dengan mudah tangannya meraih dan meremasi dada dan pentilku.
Duhm... aku mendapatkan sensasi kenikmatan seksualku yang sungguh luar biasa. Mulutku mengulum batang penis, dada dan tetekku juga diremas-remas dan dipilin-pilin, sementara pantatku disodok penis dan tangaku sibuk mengocok penisku sendiri. Ohhh… sungguh sensasi luar biasa. Sementara di depanku, si Donny terus menggenjotkan penisnya keluar masuk menembusi lubang anusku sambil jari-jarinya mengutik-utik dan disogok sogokkannya kepenis ku. Sementara jari tangan yang lain disogokkannya diselasela lubang anus dan penis dia.
Woww..sungguh belum pernah aku mengalami cara macam itu. Padahal tadi kontol Donny serasa tidak muat di lubang anusku.
“Dang, Yusuf, ayoo, bantuin aku .., Dang.”. Ah, kurang asem anak-anak ini. Jangan-jangan mereka memang melakukan konspirasi untuk mengentotku secara bersama-sama.
Kemudian kulihat Yusuf dengan tenangnya muncul menuju ke dapur dan berkata ke Donny
“Aku kebagian apanya Don?“
"Tuh, kamu bisa ngentot mulutnya. Dia mau kok”. Duh, kata-kata seronok yang
mereka ucapkan dengan kesan seolah-olah aku ini hanya obyek mereka.
Dan anehnya ucapan-ucapan yang sangat tidak santun itu demikian merangsang nafsu birahiku, sangat eksotik dalam khayalku. Aku langsung membayangkan seolah-olah aku ini gigolo mereka yang siap melayani apapun kehendak pembookingnya. Aku melenguh keras-keras untuk merespon gaya mereka itu. Kulihat dengan tenangnya Yusuf mencopoti celananya sendiri dan lantas meraih kepalaku dengan tangan kirinya, dijambaknya rambutku tanpa menunjukkan rasa hormat padaku yang adalah teman papanya itu. Untuk kemudian ditariknya mulutku mendekat kepenisnya yang telah siap dalam genggaman tangan kanannya. Penis Yusuf nampak kemerahan mengkilat. Kepalanya menjamur besar diujung batangnya. Dengan bergegas, Yusuf menyorongkan selangkangannya di wajahku Hidungku menikmati banget aroma yang menyebar dari selangkangan Yusuf. Saat bibirku disentuhkannya penisnya, aroma penisnya menyergap hidungku yang langsung membuat aku kelimpungan untuk selekasnya mencaplok penis itu. Dengan penuh kegilaan aku lumati, jilati kulum, gigiti kepalanya, batangnya, pangkalnya, biji pelernya. Semua kulumat dan kulahap habis.
Tangan Yusuf terus mengendalikan kepalaku mengikuti keinginannya. Terkadang dia buat maju mundur agar mulutku memompa, terkadang dia tarik keluar penisnya menekankan batangnya atau pelirnya agar aku menjilatinya. Jilatan lidah dan kuluman bibirku liar melata ke seluruh kemaluan Yusuf. Kemudian untuk memenuhi kehausanku yang amat sangat, paha Yusuf kuraih ke atas meja sehingga satu kakinya menginjak ke meja dan membuat posisi pantatnya menduduki wajahku. Aku mudah melumat habis penis berbentuk jamur itu, sedangkan Yusuf dengan mudah tangannya meraih dan meremasi dada dan pentilku.
Duhm... aku mendapatkan sensasi kenikmatan seksualku yang sungguh luar biasa. Mulutku mengulum batang penis, dada dan tetekku juga diremas-remas dan dipilin-pilin, sementara pantatku disodok penis dan tangaku sibuk mengocok penisku sendiri. Ohhh… sungguh sensasi luar biasa. Sementara di depanku, si Donny terus menggenjotkan penisnya keluar masuk menembusi lubang anusku sambil jari-jarinya mengutik-utik dan disogok sogokkannya kepenis ku. Sementara jari tangan yang lain disogokkannya diselasela lubang anus dan penis dia.
Woww..sungguh belum pernah aku mengalami cara macam itu. Padahal tadi kontol Donny serasa tidak muat di lubang anusku.
Tapi setelah lama aktivitas disodomi ini, kenapa kini dua jari Donny masih bisa menyogok dan menusuk-nusuk disela-sela lubang anusku yang telah penuh oleh penis besar Donny. Mungkin elastisitas lubang anusku ataukah karena aku telah rileks, sehingga lubangku lebih elastis.
Sambil menyodok pantatku, Donny terus meracau dan mendesis desis. Aku juga
membalas erangan, desahan dan rintihan nikmat yang memang kurasakan sangat dahsyat. Dan ada yang rasa yang demikian exciting merambat dari dalam lubang anusku dan batang kemaluanku juga. Saat aku merasakan bagaimana perbuatan Donny dan Yusuf anak sahabatku ini, aku merasakan adanya sensasi baru yang benar-benar hebat melanda aku. Kini 3 titik erotis yang ada padaku semua dijejali oleh nafsu birahi mereka. Mulutku penuh oleh penis Yusuf, lubang anusku disogok penis Donny dan
Penisku yang tegang mengeras dikocok-kocok pula. Aku benar-benar jadi lupa segala-galanya. Aku mengenjot-enjot pantatku untuk menjemputi penis dan jari-jari tangan Donny, sambil aku mengangguk-anggukkan kepalaku untuk mengulum kontol Yusuf.
“Ah, Om, mulut gimana rasanya? Enak kan, kontolku. Enak, kan? Penis ku enak kan?”.
Dia percepat kendali tangannya pada kepalaku. Ludahku sudah membusa keluar dari mulutku. Kini kontol Yusuf sudah sangat kuyup. Sesekali aku berhenti sesasat untuk menelan ludahku. Tiba-tiba Donny berteriak dari belakang,
“Aku mau keluar nih, Om. Keluarin di dalam lubang atau mau diisep, nih?”. Ah, betapa nikmatnya bisa meminum air mani anak-anak ini.
Mendengar teriakan Donny yang nampak sudah kebelet mau muncratkan spermanya, aku buru-buru lepaskan penis Yusuf dari mulutku. Aku bergerak dengan cepat, lalu jongkok sambil mengangakan mulutku tepat di ujung kontol Donny. Kucabut kondom yang membungkusi penid itu, lalu kuarahkan ke mulutku. Donny kini penuh giat tangannya mengocok-ocok kontolnya untuk mendorong agar air maninya cepat keluar. Kudengar mulutnya terus meracau,
“Minum air sperma ku, ya, Om, minum ya, minum, nih, Om, minum ya, makan spermaku ya, Om, makan ya, enak nih, Om, enak nih air sperma ku, Om, makan ya..”
Air sperma Donny muncrat-muncrat ke wajahku, ke mulutku, ke rambutku. Sebagian lain nampak mengalir di batang penisnya dan tangannya. Yang masuk mulutku langsung aku kenyam-kenyam dan kutelan. Yang meleleh di batang dan tanganannya kujilati semua kemudian kuminum pula. Kemudian dengan jari-jarinya Donny mengorek yang muncrat ke wajahku kemudian disodorkannya ke mulutku yang langsung kulumati jari-jarinya itu. Ternyata saat Yusuf menyaksikan apa yang dikerjakan Donny dia tidak mampu menahan diri untuk mengocok-ngocok juga kontolnya. Dan beberapa saat sesudah kontol Donny menyemprotkan air maninya, menyusul Yusuf mengarahkan penisnya kemuka ku. Kubuka mulutku lebar lebar lagi dan kontol Yusufpun memuntahkan banyak spermanya ke mulutku. Aku menerima semuanya seolah-olah ini hari pesta ulang tahunku. Aku merasakan rasa yang berbeda, sperma Donny serasa madu manisnya, sementara sperma Yusuf sangat gurih seperti air kelapa muda. Aku tahu orgasmeku sedang menuju ke ambang puncak kepuasanku. Gerakkanku semakin menggila, semakin cepat dan keluar dari keteraturan. Kocokkan tanganku pada penisku semakin kencang. Bahkan kini dibantu Donny yang juga menjilati ujung kepala penis ku, membuatku semakin bersemangat mengocok kontolku dengan cepat, semakin cepat, cepat, cepat, dan cepat. Akhirnya, crott… crottt…. Spermaku muncrat mengenai muka dan dada Donny, sebagian mendarat di dada dan leherku. Lalu dengan tangannya, Donny
meratakan spermaku ke seluruh dada, perut, leher hingga mukaku. Uh…ini aknak kurang ajar. Ada aroma khas dari sperma yang tercium dihidung ku.
Aroma khas cairan pria yang lama aku
rindukan.
Sambil menyodok pantatku, Donny terus meracau dan mendesis desis. Aku juga
membalas erangan, desahan dan rintihan nikmat yang memang kurasakan sangat dahsyat. Dan ada yang rasa yang demikian exciting merambat dari dalam lubang anusku dan batang kemaluanku juga. Saat aku merasakan bagaimana perbuatan Donny dan Yusuf anak sahabatku ini, aku merasakan adanya sensasi baru yang benar-benar hebat melanda aku. Kini 3 titik erotis yang ada padaku semua dijejali oleh nafsu birahi mereka. Mulutku penuh oleh penis Yusuf, lubang anusku disogok penis Donny dan
Penisku yang tegang mengeras dikocok-kocok pula. Aku benar-benar jadi lupa segala-galanya. Aku mengenjot-enjot pantatku untuk menjemputi penis dan jari-jari tangan Donny, sambil aku mengangguk-anggukkan kepalaku untuk mengulum kontol Yusuf.
“Ah, Om, mulut gimana rasanya? Enak kan, kontolku. Enak, kan? Penis ku enak kan?”.
Dia percepat kendali tangannya pada kepalaku. Ludahku sudah membusa keluar dari mulutku. Kini kontol Yusuf sudah sangat kuyup. Sesekali aku berhenti sesasat untuk menelan ludahku. Tiba-tiba Donny berteriak dari belakang,
“Aku mau keluar nih, Om. Keluarin di dalam lubang atau mau diisep, nih?”. Ah, betapa nikmatnya bisa meminum air mani anak-anak ini.
Mendengar teriakan Donny yang nampak sudah kebelet mau muncratkan spermanya, aku buru-buru lepaskan penis Yusuf dari mulutku. Aku bergerak dengan cepat, lalu jongkok sambil mengangakan mulutku tepat di ujung kontol Donny. Kucabut kondom yang membungkusi penid itu, lalu kuarahkan ke mulutku. Donny kini penuh giat tangannya mengocok-ocok kontolnya untuk mendorong agar air maninya cepat keluar. Kudengar mulutnya terus meracau,
“Minum air sperma ku, ya, Om, minum ya, minum, nih, Om, minum ya, makan spermaku ya, Om, makan ya, enak nih, Om, enak nih air sperma ku, Om, makan ya..”
Air sperma Donny muncrat-muncrat ke wajahku, ke mulutku, ke rambutku. Sebagian lain nampak mengalir di batang penisnya dan tangannya. Yang masuk mulutku langsung aku kenyam-kenyam dan kutelan. Yang meleleh di batang dan tanganannya kujilati semua kemudian kuminum pula. Kemudian dengan jari-jarinya Donny mengorek yang muncrat ke wajahku kemudian disodorkannya ke mulutku yang langsung kulumati jari-jarinya itu. Ternyata saat Yusuf menyaksikan apa yang dikerjakan Donny dia tidak mampu menahan diri untuk mengocok-ngocok juga kontolnya. Dan beberapa saat sesudah kontol Donny menyemprotkan air maninya, menyusul Yusuf mengarahkan penisnya kemuka ku. Kubuka mulutku lebar lebar lagi dan kontol Yusufpun memuntahkan banyak spermanya ke mulutku. Aku menerima semuanya seolah-olah ini hari pesta ulang tahunku. Aku merasakan rasa yang berbeda, sperma Donny serasa madu manisnya, sementara sperma Yusuf sangat gurih seperti air kelapa muda. Aku tahu orgasmeku sedang menuju ke ambang puncak kepuasanku. Gerakkanku semakin menggila, semakin cepat dan keluar dari keteraturan. Kocokkan tanganku pada penisku semakin kencang. Bahkan kini dibantu Donny yang juga menjilati ujung kepala penis ku, membuatku semakin bersemangat mengocok kontolku dengan cepat, semakin cepat, cepat, cepat, dan cepat. Akhirnya, crott… crottt…. Spermaku muncrat mengenai muka dan dada Donny, sebagian mendarat di dada dan leherku. Lalu dengan tangannya, Donny
meratakan spermaku ke seluruh dada, perut, leher hingga mukaku. Uh…ini aknak kurang ajar. Ada aroma khas dari sperma yang tercium dihidung ku.
Aroma khas cairan pria yang lama aku
rindukan.
"Asiknya Di Entot dan Ngentot Guru Favoritku"
Perkenalkan namaku Andrie Maulana, umurku 18 Tahun. Aku di lahirkan di J*****A. Aku sekolah di Jakarta, Aku anak orang kaya tapi aku gak pernah menyombongkan harta karena itu semua milik orang tuaku. Aku duduk di kelas 3 SMA Jurusan IPA.
Di sekolah aku mengikuti eskull Basket, ya walaupun aku bukan ketua group basket. Tapi aku merasa PD aja karena aku memiliki tubuh yang lumayan cool, itu menurut Pak Burhan. Pak Burhan adalah guru Favoritku, dia adalah Guru Olahraga di kelas IPA. Ku taksir dia umur 29 Tahun, kalau diliat" dia memiliki tubuh yang lumayan cool di mataku. Terkadang aku suka menghayal sedang bermain basket dengannya, dengan menggunakan pakaian ketatku.
Sewaktu jam istirahat aku di panggil oleh Pak Burhan, untuk menemuinya di kantor.
"Saya" : Assallamualaikum..
"PakBurhan" : Wallaikumsalam..
"Saya" : Maaf ada apa ya pak, bapak memanggil saya ?
"PakBurhan" : Ohh gini ndre, nanti besok kamu bisa gak berangkat sekolahnya pagi". Bantuin bapak bawa matras di gudang, sekalian beresin gudang. Jam set 6 kamu harus udah ada di sekolah ya.
"Saya" : hmm... Bisa ko pak, tapi telat dikit gak papa ya pak.
"PakBurhan" : Ohh, Gak papa ndre. Yasudah sana kamu istirahat, ambil jajan gih di kantin. Bilang aja Pak Burhan.
"Saya" : siap pak, makasih ya.
Sewaktu pulang sekolah aku bingung, ngapain harus pagi pagi sih kan pelajaran olahraga jam set8. Ada ada aja guruku ini. Semalem aku gak bisa tidur, cuma gara gara kepikiran besok apa yang harus di lakukan besok. terlintas di benaku aku ngentotin Guruku sendiri, akhirnya ku Colli juga dah di kamar mandi sambil bayangin tubuhnya Pak Burhan yang keker itu. Cuma butuh 5 Menit aku sudah Klimaks, Saking sangenya aku langsung Crottttzzz...
Lansung saja aku lari ke kasur dan tidur dengan tubuh telanjangku dengan kontol yang berlumuran pejuh..
Keesokan harinya jam 5 Pagi, aku mandi dan siap siap untuk berangkat sekolah. Aku ke sekolah menaiki motor, ya lumayan jauh dari rumah ke sekolah jaraknya 70M. Aku pun lansung berangkat kesekolah, setiba di sana ternyata Gerbang sekolah belum di buka. Gak butuh nunggu lama, Pak burhan pun tiba dengan Motornya.
"PakBurhan" : Eh andrie sudah datang duluan rupanya, ayo masuk ndre..
"Saya" : ayo pak,
"PakBurhan" : Ayo ndre, kita langsung ke Gudang saja.
"Saya" : Bentar ya pak saya mau taruh Tas dulu di kelas,
Ketika saya tiba di gudang lagi, ternyata pak burhan sedang menonton bokep dan sambil mengelus ngelus kontonya.
"PakBurhan" : Eh andrie udah dateng lagi, sini ndre. Bantuin bapak bersihin matrasnya.
"Saya" : Iya, bentar ya pak. Saya mau lepas seragam saya dlu. Biar gak kotor. Aku pun melepas pakaianku, hingga aku cuma menggunakan celana pendeku yang ketat. Sehingga pak burhan melotot melihat tubuhku ini.
"PakBurhan": Badan kamu bagus juga ya ndre, gak nyangka bapak. Punya murid secakep kamu.
"Saya" : ah bapak bisa saja,
Kami pun langsung mebersihkan gudang, ketika semuanya beres. Aku pun langsung istirahat dan tiduran di matras, tiba tiba Pak burhan membuka bajunya dan semua pakaiannya. Sehingga dia memperlihatkan kontolnya di hadapanku, dan dia langsung menindihku dari belakang. Dan dia pun langsung memelukku dari belakang dan memeras kontolku, aku pun sudah tak tahan ku buka saja celana dan cd-ku. Dan langsung saja di genggam olehnya. Dan langsung mengocok kontolku, aku pun langsung melumat bibirnya yang sexy itu.. Tiba tiba pak burhan melepaskan genggamannya dan langsung berballik, kini tubuh kamu menjadi 69 Aku pun langsung menjilati pantatnya karena aku mengincar pantatnya, Pak burhan hanya ngemut kontolku terus sampai 10 Menit kami melakukan itu. Gak lama kemudian aku pun ahhh crottttttt kalau di hitung sampai 6x semburan, pak burhan pun langsung menghentikan kenyotannya itu. Dan dia langsung bangun dan berdiri dan mememeluku dari belekang dan sambil menusuk nusukan bokongku. Ia pun berbisik, ndre sekarang gantian ya ndre, kamu harus turutin bapak. Sekarang kamu emut kontol bapak, langsung saja ku lahap kontolnya. Ku kulum kontolnya sampai kemerahan kontolnya, ku pikir ni kontol kuat bener ya samapi 15 menit kukulum tapi gak klimaks". Tiba" kontolnya di cabut dari mulutku, dan ia meminta ku untuk nungging sambil pegangan tembok ku bantu merebahkan pantatku. Tahan ya ndre, sebentar aja ko. Pak burhanpun langsung memasukan kontolnya ke pantatku, tapi iya kesulitan karena aku masih perawan. Beruntung sekali iya bisa memerawaniku, masuk sudah kepala kontolnya. Iya pun langsung menggoyangkan pinggulnya, dan ambles sudah kontolnya. Ku pun langsung memaju mundurkan pantatku agar cepat selesai karena sangat sempit dan perih ini yang membuatku sesak.. "Terdengar jelas suara entotan guruku ini, sangat nyaring bunyinya plak plak plak plak.. Berpaduan dengan keringat dan pejuh yang meleleh. Tiba tiba di lepaskan kontolnya, dan ia menuntunku ke kasur matras. Ia pun tiduran dan aku di suruh untuk duduk di atas tepat kontolnya, di paksa masuk olehnya tapi susah rasanya. Ku tuntun masuk biar cepat, aku pun langung menyuruhnya untuk menekan, dan aku pun menekan dari tas ke bawah. Dan blesss sudah aku pun merasakan cairan hangat yang tak terduga, banyak sekali rasanya.. Dia pun tak mau melepaskan kontolnya dan tetap saja mengoyangkan pinggulnya. Aku sudah lemas rasanya.. 5 menit kemudian ia pun crotttt kembali... Dan kami pun langsung mengelap leleh peju yang berceceran
Di sekolah aku mengikuti eskull Basket, ya walaupun aku bukan ketua group basket. Tapi aku merasa PD aja karena aku memiliki tubuh yang lumayan cool, itu menurut Pak Burhan. Pak Burhan adalah guru Favoritku, dia adalah Guru Olahraga di kelas IPA. Ku taksir dia umur 29 Tahun, kalau diliat" dia memiliki tubuh yang lumayan cool di mataku. Terkadang aku suka menghayal sedang bermain basket dengannya, dengan menggunakan pakaian ketatku.
Sewaktu jam istirahat aku di panggil oleh Pak Burhan, untuk menemuinya di kantor.
"Saya" : Assallamualaikum..
"PakBurhan" : Wallaikumsalam..
"Saya" : Maaf ada apa ya pak, bapak memanggil saya ?
"PakBurhan" : Ohh gini ndre, nanti besok kamu bisa gak berangkat sekolahnya pagi". Bantuin bapak bawa matras di gudang, sekalian beresin gudang. Jam set 6 kamu harus udah ada di sekolah ya.
"Saya" : hmm... Bisa ko pak, tapi telat dikit gak papa ya pak.
"PakBurhan" : Ohh, Gak papa ndre. Yasudah sana kamu istirahat, ambil jajan gih di kantin. Bilang aja Pak Burhan.
"Saya" : siap pak, makasih ya.
Sewaktu pulang sekolah aku bingung, ngapain harus pagi pagi sih kan pelajaran olahraga jam set8. Ada ada aja guruku ini. Semalem aku gak bisa tidur, cuma gara gara kepikiran besok apa yang harus di lakukan besok. terlintas di benaku aku ngentotin Guruku sendiri, akhirnya ku Colli juga dah di kamar mandi sambil bayangin tubuhnya Pak Burhan yang keker itu. Cuma butuh 5 Menit aku sudah Klimaks, Saking sangenya aku langsung Crottttzzz...
Lansung saja aku lari ke kasur dan tidur dengan tubuh telanjangku dengan kontol yang berlumuran pejuh..
Keesokan harinya jam 5 Pagi, aku mandi dan siap siap untuk berangkat sekolah. Aku ke sekolah menaiki motor, ya lumayan jauh dari rumah ke sekolah jaraknya 70M. Aku pun lansung berangkat kesekolah, setiba di sana ternyata Gerbang sekolah belum di buka. Gak butuh nunggu lama, Pak burhan pun tiba dengan Motornya.
"PakBurhan" : Eh andrie sudah datang duluan rupanya, ayo masuk ndre..
"Saya" : ayo pak,
"PakBurhan" : Ayo ndre, kita langsung ke Gudang saja.
"Saya" : Bentar ya pak saya mau taruh Tas dulu di kelas,
Ketika saya tiba di gudang lagi, ternyata pak burhan sedang menonton bokep dan sambil mengelus ngelus kontonya.
"PakBurhan" : Eh andrie udah dateng lagi, sini ndre. Bantuin bapak bersihin matrasnya.
"Saya" : Iya, bentar ya pak. Saya mau lepas seragam saya dlu. Biar gak kotor. Aku pun melepas pakaianku, hingga aku cuma menggunakan celana pendeku yang ketat. Sehingga pak burhan melotot melihat tubuhku ini.
"PakBurhan": Badan kamu bagus juga ya ndre, gak nyangka bapak. Punya murid secakep kamu.
"Saya" : ah bapak bisa saja,
Kami pun langsung mebersihkan gudang, ketika semuanya beres. Aku pun langsung istirahat dan tiduran di matras, tiba tiba Pak burhan membuka bajunya dan semua pakaiannya. Sehingga dia memperlihatkan kontolnya di hadapanku, dan dia langsung menindihku dari belakang. Dan dia pun langsung memelukku dari belakang dan memeras kontolku, aku pun sudah tak tahan ku buka saja celana dan cd-ku. Dan langsung saja di genggam olehnya. Dan langsung mengocok kontolku, aku pun langsung melumat bibirnya yang sexy itu.. Tiba tiba pak burhan melepaskan genggamannya dan langsung berballik, kini tubuh kamu menjadi 69 Aku pun langsung menjilati pantatnya karena aku mengincar pantatnya, Pak burhan hanya ngemut kontolku terus sampai 10 Menit kami melakukan itu. Gak lama kemudian aku pun ahhh crottttttt kalau di hitung sampai 6x semburan, pak burhan pun langsung menghentikan kenyotannya itu. Dan dia langsung bangun dan berdiri dan mememeluku dari belekang dan sambil menusuk nusukan bokongku. Ia pun berbisik, ndre sekarang gantian ya ndre, kamu harus turutin bapak. Sekarang kamu emut kontol bapak, langsung saja ku lahap kontolnya. Ku kulum kontolnya sampai kemerahan kontolnya, ku pikir ni kontol kuat bener ya samapi 15 menit kukulum tapi gak klimaks". Tiba" kontolnya di cabut dari mulutku, dan ia meminta ku untuk nungging sambil pegangan tembok ku bantu merebahkan pantatku. Tahan ya ndre, sebentar aja ko. Pak burhanpun langsung memasukan kontolnya ke pantatku, tapi iya kesulitan karena aku masih perawan. Beruntung sekali iya bisa memerawaniku, masuk sudah kepala kontolnya. Iya pun langsung menggoyangkan pinggulnya, dan ambles sudah kontolnya. Ku pun langsung memaju mundurkan pantatku agar cepat selesai karena sangat sempit dan perih ini yang membuatku sesak.. "Terdengar jelas suara entotan guruku ini, sangat nyaring bunyinya plak plak plak plak.. Berpaduan dengan keringat dan pejuh yang meleleh. Tiba tiba di lepaskan kontolnya, dan ia menuntunku ke kasur matras. Ia pun tiduran dan aku di suruh untuk duduk di atas tepat kontolnya, di paksa masuk olehnya tapi susah rasanya. Ku tuntun masuk biar cepat, aku pun langung menyuruhnya untuk menekan, dan aku pun menekan dari tas ke bawah. Dan blesss sudah aku pun merasakan cairan hangat yang tak terduga, banyak sekali rasanya.. Dia pun tak mau melepaskan kontolnya dan tetap saja mengoyangkan pinggulnya. Aku sudah lemas rasanya.. 5 menit kemudian ia pun crotttt kembali... Dan kami pun langsung mengelap leleh peju yang berceceran
Bersambung~E
Di Toilet Mall
Halo, apa kabar para pembaca semua? Gimana pendapat kalian soal ceritaku yang pertama yang judulnya “Pengakuan: Memerawani Brondong Straight”? Yah, biarpun nggak bisa dibilang sukses, tapi aku bersyukur akhirnya bisa menghasilkan cerita pertama dari serial “Pengakuan” ini. Nah, dalam cerita kedua ini, aku ingin menceritakan pengalaman salah seorang temanku. So, selamat membaca.
***
Minggu, 21 Oktober 2012
***
Minggu, 21 Oktober 2012
Aku sih nggak munafik ya. Daripada sok cool dan macho padahal doyan kontol, aku lebih nyaman jadi diriku apa adanya. Kalo dibilang melambai, sebenarnya nggak juga. Aku nggak pernah foto-foto alay atau berpenampilan over. Tapi penampilanku memang cukup memberi sinyal untuk mereka yang mengerti, kalau aku sebenarnya gay.
Aku punya hobi ke mall. Yah, apalagi kalau bukan untuk berburu kontol! Nah, di Surabaya ini ada satu mall gede yang entah kenapa sering jadi tempat kumpul para gay atau biseks (mungkin pembaca yang pernah tinggal atau lagi berdomisili di Surabaya tahu tempat yang aku maksud). Dibandingkan dengan mall-mall lain, entah kenapa aku lebih mudah menemukan mangsaku di tempat itu. Karena itu tak heran kalau aku rajin berkunjung ke sana.
Hari itu, aku juga pergi ke mall tersebut. Tujuan pertamaku adalah toilet. Satu toilet nggak ada orang. Aku pun pergi ke toilet yang lain. Ternyata juga lagi kosong. Nggak putus, asa akhirnya aku pergi ke toilet ketiga. Nah, saat itulah aku ketemu dengan seorang cowok yang lagi kencing di urinal. Dia lagi pakai kemeja putih lengan panjang dan celana jeans. Sebenarnya dia nggak menarik perhatianku sama sekali. Wajahnya, kalau boleh kejam dikit, ndeso banget. Rambutnya juga, biarpun keliatan lurus banget, tapi dimodel sedikit menutupi dahi macam Andika Kangen Band. Pokoknya nggak ada harapan deh. Tapi berhubung aku juga pengen kencing, akhirnya aku berdiri juga di sampingnya.
Saat kencing itu, aku nggak memperhatikan cowok di sampingku sama sekali. Aku justru asyik dengan pikiranku sendiri, menyusun rencana berburuku hari itu. Eh, begitu aku lihat ke samping ternyata tanpa sadar dari tadi cowok itu melihatku terus. Ah, gay juga ternyata. Tapi aku nggak pengen berurusan sama dia dan buru-buru benerin celana.
“Mau kemana?” tanya dia.
“Mau cari kontol!” jawabku.
Jawabanku yang ceplas-ceplos membuat dia kaget. “Maksudnya?” tanya dia lagi.
“Udah deh, nggak usah pura-pura. Aku tahu kamu juga sakit. Nggak ada cowok normal yang ngeliatin cowok lain kayak kamu” kataku santai sambil cuci tangan di wastafel.
Suasana tiba-tiba hening sejenak, lalu cowok itu bertanya, “Mau nggak sama kontolku?”
Jujur sebenarnya aku pengen cepet-cepet keluar dari sana. Lagian aku juga nggak tahu kontolnya kayak gimana soalnya tadi sama sekali nggak perhatiin waktu dia kencing. Tapi melihat pantulan wajahnya di cermin yang seolah memelas membuatku luluh juga.
“Okeh, tapi nggak pake lama ya” kataku. Merasa mendapat lampu hijau, cowok itu menarikku dengan kasar ke salah satu bilik di toilet itu. Setelah dikunci dari dalam, cowok itu langsung membuka resleting celananya, dan TUING! Dari lubang resleting itu keluarlah kontolnya yang sudah tegak menantang. Nggak ada yang istimewa. Ukuran normal.
Aku mulai mengocok kontolnya sementara cowok itu membuka celana jeans dan celana dalamku dan melakukan hal yang sama pada kontolku. Kami saling mengocok satu sama lain selama beberapa menit, hingga tiba-tiba cowok yang dari penampilannya tampak seperti mahasiswa itu mengeluarkan sebungkus kondom dari saku celananya.
“Ahh, nggak nggak. Aku nggak mau” kataku. Aku hendak keluar dari bilik itu, tapi tangan cowok itu memegang lenganku kuat-kuat. “Sakit!” kataku berusaha melepaskan cengkeraman tangannya, tapi cowok itu tak bergeming. “Ayolah, jangan sok jual mahal. Aku lagi pengen” katanya.
Terang saja nyaliku langsung ciut. Homo-homo sekarang udah pada gila. Yang jelas aku nggak mau kenapa-kenapa. Nyesel banget tadi nggak langsung cabut aja. Tapi nasi udah jadi bubur. Aku pun nggak berontak lagi. Seenggaknya aku bisa ngentot hari ini, pikirku dalam hati.
Aku disuruhnya memasang kondom ke kontolnya. Begitu terpasang, aku lantas menurunkan celana jeans dan celana dalamku hingga lutut dan memutar menghadap toilet bowl. JLEB! Tanpa aba-aba, cowok bertampang ndeso itu langsung saja menghujami anusku dengan kontolnya.
“Ahhh!! Ahhhh!!” erangku.
“Gimana? Enak kan kontolku?” katanya sambil menampar pantatku sesekali.
“Ahhh! Fuck! Iyaahhh! Ahhh! Ahhh!!” erangku lagi.
Bertumpu pada kedua lenganku yang sedang memegang sisi-sisi toilet bowl, aku terus menungging menerima hajaran kontol cowok yang bahkan belum kuketahui namanya itu. Suara eranganku dan desahan cowok itu menggema di seluruh toilet. Tapi, baru sepuluh menit berlalu, tiba-tiba terdengar suara orang masuk. Kami langsung berhenti membuat suara. Suara langkah kaki itu berjalan tepat ke samping bilik kami. Meski begitu, cowok itu tak menurunkan tempo goyangannya. Hal itu membuatku mengerang tertahan.
Begitu suara itu pergi, cowok itu memintaku berubah posisi. Kali ini dia duduk di toilet bowl sementara aku duduk di atasnya. Kedua kakiku bertumpu pada pahanya, dan dengan cara itu aku bergerak naik dan turun. Merasa tak aman denga posisi itu, akhirnya kakiku kuturunkan, lalu dengan berpijak pada lantai, aku semakin cepat menggoyang selangkangannya. Cowok itu membantuku dengan mengocok kontolku dari belakang.
Aku menelusupkan tanganku ke dalam T-Shirt hijauku. Kupelintir putingku dengan kedua tanganku.
“Uughhh! Ssshh! Ahhh!! Uughhh!!”
Aku makin menggila. Kontol dimana-mana pasti enak. Nggak peduli cowok ganteng atau jelek, tetep aja mantap! Naik-turunnya tubuhku makin cepat. Tapi kegilaan kami belum berakhir. Rupanya cowok itu menginginkan posisi baru. Dituntunnya aku untuk tidur di lantai toilet. Lalu, dari bawah dia menggenjot anusku kembali. Bisa kalian bayangkan betapa sempitnya bilik itu. Berkali-kali lenganku membentur dinding bilik dan membuat keributan. Belum lagi punggungku jadi sedikit basah gara-gara tiduran di lantai toilet.
“Ahh, no! Ohhh, shit!!” CROT! CROT! CROT! Kontolku menyemburkan pejuh hingga basah mengenai T-Shirtku.
Melihat aku sudah klimaks, genjotan cowok itu pun makin liar. Begitu kecepatannya mencapai yang tertinggi, cowok itu melepaskan kontolnya. Dia melepaskan kondomnya dan dekatinya kontolnya dengan kontolku yang sudah layu. “Ssshhh... ahhhh... Mmmhhh...” erang dia sambil mengocok kontolnya sendiri dengan cepat. Lalu, CROT! CROT!! CROTTT!!! Akhirnya cowok itu juga berhasil mengeluarkan pejuhnya.
Sampai saat ini, aku nggak tahu siapa namanya, karena dia buru-buru benerin celana dan langsung pergi entah kemana.
***
Untuk para pembaca, terus ikuti cerita-cerita dalam seri “Pengakuan” ya. Makasih sudah membaca.
Aku punya hobi ke mall. Yah, apalagi kalau bukan untuk berburu kontol! Nah, di Surabaya ini ada satu mall gede yang entah kenapa sering jadi tempat kumpul para gay atau biseks (mungkin pembaca yang pernah tinggal atau lagi berdomisili di Surabaya tahu tempat yang aku maksud). Dibandingkan dengan mall-mall lain, entah kenapa aku lebih mudah menemukan mangsaku di tempat itu. Karena itu tak heran kalau aku rajin berkunjung ke sana.
Hari itu, aku juga pergi ke mall tersebut. Tujuan pertamaku adalah toilet. Satu toilet nggak ada orang. Aku pun pergi ke toilet yang lain. Ternyata juga lagi kosong. Nggak putus, asa akhirnya aku pergi ke toilet ketiga. Nah, saat itulah aku ketemu dengan seorang cowok yang lagi kencing di urinal. Dia lagi pakai kemeja putih lengan panjang dan celana jeans. Sebenarnya dia nggak menarik perhatianku sama sekali. Wajahnya, kalau boleh kejam dikit, ndeso banget. Rambutnya juga, biarpun keliatan lurus banget, tapi dimodel sedikit menutupi dahi macam Andika Kangen Band. Pokoknya nggak ada harapan deh. Tapi berhubung aku juga pengen kencing, akhirnya aku berdiri juga di sampingnya.
Saat kencing itu, aku nggak memperhatikan cowok di sampingku sama sekali. Aku justru asyik dengan pikiranku sendiri, menyusun rencana berburuku hari itu. Eh, begitu aku lihat ke samping ternyata tanpa sadar dari tadi cowok itu melihatku terus. Ah, gay juga ternyata. Tapi aku nggak pengen berurusan sama dia dan buru-buru benerin celana.
“Mau kemana?” tanya dia.
“Mau cari kontol!” jawabku.
Jawabanku yang ceplas-ceplos membuat dia kaget. “Maksudnya?” tanya dia lagi.
“Udah deh, nggak usah pura-pura. Aku tahu kamu juga sakit. Nggak ada cowok normal yang ngeliatin cowok lain kayak kamu” kataku santai sambil cuci tangan di wastafel.
Suasana tiba-tiba hening sejenak, lalu cowok itu bertanya, “Mau nggak sama kontolku?”
Jujur sebenarnya aku pengen cepet-cepet keluar dari sana. Lagian aku juga nggak tahu kontolnya kayak gimana soalnya tadi sama sekali nggak perhatiin waktu dia kencing. Tapi melihat pantulan wajahnya di cermin yang seolah memelas membuatku luluh juga.
“Okeh, tapi nggak pake lama ya” kataku. Merasa mendapat lampu hijau, cowok itu menarikku dengan kasar ke salah satu bilik di toilet itu. Setelah dikunci dari dalam, cowok itu langsung membuka resleting celananya, dan TUING! Dari lubang resleting itu keluarlah kontolnya yang sudah tegak menantang. Nggak ada yang istimewa. Ukuran normal.
Aku mulai mengocok kontolnya sementara cowok itu membuka celana jeans dan celana dalamku dan melakukan hal yang sama pada kontolku. Kami saling mengocok satu sama lain selama beberapa menit, hingga tiba-tiba cowok yang dari penampilannya tampak seperti mahasiswa itu mengeluarkan sebungkus kondom dari saku celananya.
“Ahh, nggak nggak. Aku nggak mau” kataku. Aku hendak keluar dari bilik itu, tapi tangan cowok itu memegang lenganku kuat-kuat. “Sakit!” kataku berusaha melepaskan cengkeraman tangannya, tapi cowok itu tak bergeming. “Ayolah, jangan sok jual mahal. Aku lagi pengen” katanya.
Terang saja nyaliku langsung ciut. Homo-homo sekarang udah pada gila. Yang jelas aku nggak mau kenapa-kenapa. Nyesel banget tadi nggak langsung cabut aja. Tapi nasi udah jadi bubur. Aku pun nggak berontak lagi. Seenggaknya aku bisa ngentot hari ini, pikirku dalam hati.
Aku disuruhnya memasang kondom ke kontolnya. Begitu terpasang, aku lantas menurunkan celana jeans dan celana dalamku hingga lutut dan memutar menghadap toilet bowl. JLEB! Tanpa aba-aba, cowok bertampang ndeso itu langsung saja menghujami anusku dengan kontolnya.
“Ahhh!! Ahhhh!!” erangku.
“Gimana? Enak kan kontolku?” katanya sambil menampar pantatku sesekali.
“Ahhh! Fuck! Iyaahhh! Ahhh! Ahhh!!” erangku lagi.
Bertumpu pada kedua lenganku yang sedang memegang sisi-sisi toilet bowl, aku terus menungging menerima hajaran kontol cowok yang bahkan belum kuketahui namanya itu. Suara eranganku dan desahan cowok itu menggema di seluruh toilet. Tapi, baru sepuluh menit berlalu, tiba-tiba terdengar suara orang masuk. Kami langsung berhenti membuat suara. Suara langkah kaki itu berjalan tepat ke samping bilik kami. Meski begitu, cowok itu tak menurunkan tempo goyangannya. Hal itu membuatku mengerang tertahan.
Begitu suara itu pergi, cowok itu memintaku berubah posisi. Kali ini dia duduk di toilet bowl sementara aku duduk di atasnya. Kedua kakiku bertumpu pada pahanya, dan dengan cara itu aku bergerak naik dan turun. Merasa tak aman denga posisi itu, akhirnya kakiku kuturunkan, lalu dengan berpijak pada lantai, aku semakin cepat menggoyang selangkangannya. Cowok itu membantuku dengan mengocok kontolku dari belakang.
Aku menelusupkan tanganku ke dalam T-Shirt hijauku. Kupelintir putingku dengan kedua tanganku.
“Uughhh! Ssshh! Ahhh!! Uughhh!!”
Aku makin menggila. Kontol dimana-mana pasti enak. Nggak peduli cowok ganteng atau jelek, tetep aja mantap! Naik-turunnya tubuhku makin cepat. Tapi kegilaan kami belum berakhir. Rupanya cowok itu menginginkan posisi baru. Dituntunnya aku untuk tidur di lantai toilet. Lalu, dari bawah dia menggenjot anusku kembali. Bisa kalian bayangkan betapa sempitnya bilik itu. Berkali-kali lenganku membentur dinding bilik dan membuat keributan. Belum lagi punggungku jadi sedikit basah gara-gara tiduran di lantai toilet.
“Ahh, no! Ohhh, shit!!” CROT! CROT! CROT! Kontolku menyemburkan pejuh hingga basah mengenai T-Shirtku.
Melihat aku sudah klimaks, genjotan cowok itu pun makin liar. Begitu kecepatannya mencapai yang tertinggi, cowok itu melepaskan kontolnya. Dia melepaskan kondomnya dan dekatinya kontolnya dengan kontolku yang sudah layu. “Ssshhh... ahhhh... Mmmhhh...” erang dia sambil mengocok kontolnya sendiri dengan cepat. Lalu, CROT! CROT!! CROTTT!!! Akhirnya cowok itu juga berhasil mengeluarkan pejuhnya.
Sampai saat ini, aku nggak tahu siapa namanya, karena dia buru-buru benerin celana dan langsung pergi entah kemana.
***
Untuk para pembaca, terus ikuti cerita-cerita dalam seri “Pengakuan” ya. Makasih sudah membaca.
Langganan:
Postingan (Atom)